“Manajemen Pengembangan Mutu Kinerja Guru Dalam
Rangka Meningkatkan Kualitas Lulusan”
(Studi Deksriptif Analisis
Kuantiatif pada Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Indramayu).
A. Pendahuluan
Pada tingkat paling operasional
dalam pengelolaan lembaga pendidikan, kemampuan
manajerial kepala sekolah, kualitas kompetensi guru, motivasi guru, dan
kualitas komunikasi guru, merupakan
variable yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru, yang berimplikasi
terhadap kualitas lulusan pada Sekolah Dasar Neheri di Kabupaten Indramayu.
Kepala sekolah dengan segala kemampuan
dalam melakukan langkah manejerial yang dimilikinya adalah orang yang berada di
garis terdepan, harus mampu memanage seluruh instrumen ( internal inpupt maupun
eksternal input) baik instrument yang berhubungan dengan manusia maupun non
manusia, dalam konteks manajemen berbasis sekolah yang mendukung proses
manajerial dalam upaya membangkitkan kepuasan kerja yang berimplikasi terhadap
kualitas lulusan pada Sekolah Daar Negeri di Kabupaten Indramayu.
Disadari bahwa
peranan guru dalam sistem pendidikan nasional merupakan pusat aktivitas semua
komponen pendidikan. Guru juga dipandang sebagai potensi yang memiliki
nilai/guna ekonomi relatif lama. Produktivitas pendidikan banyak tergantung
pada seberapa jauh kontribusi yang diberikan sumber daya ini melalui
pelaksanaan tugas mereka sehari-hari. Dalam organisasi kependidikan, guru
merupakan individu yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan suasana
yang kondusif untuk terciptanya proses belajar mengajar di sekolah. Untuk
mencapai atau melaksanakan tugas dan pekerjaannya tersebut, guru harus
mempunyai kemampuan yang memadai, yang perwujudannya akan nampak dalam kepuasan
kerja, yang berimplikasi pada kinerja yang pada akhirnya berimplikasi pula pada
kualitas hasil belajar.
Kepuasan kerja
tidak lahir dengan sendirinya, akan tetapi dipengaruhi pula oleh bagaimana seorang
kepala sekolah sebagi Top Leadersheep di
sekolah, dalam kemampuan manajerialnya sebagai wahana dalam meramu seluruh
tahapan manajemen di sekolah sejak proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan aktivitas organisai, sampai dengan proses pengawasan sebagai media
umpan balik dalam mengevaluasi keseluruhan tahapan manajemen tersebut.
Kepuasan kerja
guru tidak terlepas dari unsur-unsur di atas. Guru harus dapat menyelesaikan
tugas-tugasnya dengan baik, dan bertanggungjawab atas hasil kerjanya. Kepuasan
kerja guru inilah yang akhirnya akan melahirkan kualitas dari organisasi
sekolah, dan pada gilirannya akan meningkatkan kinerja guru yang bersangkutan.
Semakin kurat guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan
terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan
kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret
diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding
lurus dengan citra guru ditengah-tengah masyarakat.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang
sangat individual. Oleh karena itu setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan system nilai yang berlaku pada
dirinya. Semakin tinggi persepsi seseorang terhadap kegiatan yang sesuai dengan
keinginannya, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja yang akan dirsakannya.
Kepuasan kerja menurut Keith Davis dan Jhon W
Newstrom (1977) adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau
tidaknya pekerjaan mereka . Sementara pandangan Robin (1990) adalah sikap umum
pekerja yang menilai perbedaan antara jumlah imbalan yang diterima dengan yang
diyakininya seharusnya diterima.
Dari dua teori di atas dapat penulis simpulkan
bahwa kepuasan kerja guru adalah perasaan emosional yang dimiliki oleh seorang
guru berdasarkan pandangan yang menyenangkan untuk mewujudkan kenyataan sesuai
dengan harapan yang diinginkannya. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi terpenuhi
sumber kepuasan kerjanya, maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya.
Sebaliknya semakin tidak terpenuhinya sumber kepuasan kerja, maka semakin tidak
puaslah guru yang bersangkutan.
Indikator sumber-sumber kepuasan kerja guru dalam
tataran konteks ideal praktis, adalah “:
a.
Tingkat
prestasi guru, dengan indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan
tugas, dalam memecahkan masalah, dan
melihat hasil kegiatannya.
b.
Tingkat
pengakuan (penghargaan) yang diterima guru.
c.
Tingkat
tanggungjawab guru pada pekerjaannya.
d.
Tingkat
kesinambungan dan kepastian jenjang kepangkatan dan karier seorang guru.
Sementara itu, tingkat ketidak puasan kerja guru
dapat timbul dari sumber-sumber berikut ini :
a. Tingkat kebijakan dan administrasi.
b. Tingkat pelaksanaan supervisi yang bersifat
teknikal.
c. Tingkat kesejahteraan.
d. Tingat hubungan antar personal.
e. Tingkat kondisi kerja.
f. Tingkat peluang untuk tumbuh.
g. Tingkat effek kerja terhadap kehidupan pribadi
h. Tingkat keamanan kerja.
i.
Tingkat
status.
Salah satu hal
yang patut dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan Kinerja Guru adalah melalui
peningkatan fungsi komunikasi sesama guru maupun antara guru dengan siswa
didiknya sehingga terjadi sebuah interaksi dan pertukaran informasi yang
berguna seputar pengajaran dan pembelajaran yang mampu meningkatkan efektivitas
kerja guru itu sendiri. Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (dalam Prof. Suyanto, Ph.D, artikel internet “Guru
Yang Profesional Dan Efektif”)., paling tidak
ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu
terdiri dari: Pertama, memiliki kemampuan yang terkait dengan
iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1) memiliki
kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;
(2) memiliki hubungan baik dengan siswa; (3) mampu menerima, mengakui,
dan memperhatikan siswa secara tulus; (4) menunjukkan minat dan antusias yang
tinggi dalam mengajar; (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja
sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; (6) mampu melibatkan siswa
dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; (7) mampu
mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap
diskusi; (8) mampu meminimal-kan friksi-friksi di kelas jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait
dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: (1) memiliki
kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian,
suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi
bahan ajar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas
yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian
umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang
terdiri dari: (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon
siswa; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang
lamban belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang
kurang memuaskan; (4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika
diperlukan.
Keempat, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
(1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2) mampu
mem-perluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran; (3)
mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan
mengembang-kan metode pengajaran yang relevan. Berdasarkan hal tersebut
tersirat bahwa seorang guru harus mampu
berkomunikasi dan mengkomunikasikan berbagai hal antara dirinya dengan siswa maupun unsur lainnya yang terlibat dalam
proses pendidikan. Berdasarkan beberapa pemikiran di atas dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa kinerja guru sangat tergantung kepada kepuasan kerja
guru dalam melaksankan proses pembelajaran yaitu bagaimana guru merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Kepuasan guru dinilai penting untuk
mendapatkan kenyamanan dalam bekerja, sehingga akan berimplikasi pada
peningkatan kinerja guru. Terciptanya kerja pada seorang guru diharapkan terjadi peningkatan mutu
pendidikan secara menyeluruh.
Kondisi empiris guru Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Indramayu dari sudut pandang penulis dalam konteks kepuasan
kerja dan kinerja guru, adalah sebagai berikut :
a. Tingkat prestasi guru, dengan indikator
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas,
dalam memecahkan masalah, dan melihat hasil kegiatannya , masih lemah.
b. Tingkat pengakuan (penghargaan) yang diterima
guru, baik dari masyarakat, birokrat, dan orang tua siswa, masih sangat kecil.
c. Tingkat tanggungjawab guru pada pekerjaannya masih
lemah.
d. Tingkat kesinambungan dan kepastian jenjang
kepangkatan dan karier seorang guru masih belum jelals dan belum berjenjang.
Sementara itu, tingkat ketidak puasan kerja guru
dapat timbul dari sumber-sumber berikut ini :
a. Lemahnya standarisasi kebijakan dan administrasi.
b. Lemahnya pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah.
c. Lemahnya tingkat kesejahteraan.
d. Lemahnya tingkat hubungan antar personal.
e. Lemahnya tingkat kondisi kerja.
f. Lemahnya peluang untuk tumbuh.
g. Lemahnya tingkat effek kerja terhadap kehidupan
pribadi
h. Lemahnya tingkat keamanan kerja.
i.
Lemahnya
tingkat status.
B. Kajian Teoritis
1. Konsep Manajemen
Istilah manajemen berasal dari
bahasa Inggris yaitu “manage” yang berarti mengelola, membina,
mengendalikan, mengatur, menata ataupun menangani. Dibawah ini ada beberapa
pendapat tentang arti dari manajemen sebagai berikut:
G.R.
Terry (1960): “Management is the accomplishing of
the predetermined, objective through the efforts of other people” (manajemen adalah melakukan pencapaian
tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan
bantuan orang lain).
Harold Koontz dan Cyril O. Donnel (1959): “Management is getting done, through
other people” (manajemen adalah penyelesaian pekerjaan melalui orang
lain).
John M. Pfifner (1967): “Management is concerned with the direction
of these individuals and functions to achieve ends previously determined”
(manajemen berhubungan dengan pengarahan orang dan tugas-tugasnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan).
Stoner dan Freeman (1992): Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.
Dengan demikian manajemen merupakan alat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan
terwujudnya tujuan organisasi atau perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan
manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur (komponen) manajemen akan dapat
ditingkatkan. Adapun unsur (komponen) manajemen terdiri dari man, money,
methode, machines, materials dan market atau disingkat 6 M.
Dikemukakan
oleh Turney, N Hatton, K.Laws, Sinclair, D. Smith (1992) secara rinci dikemukakan bahwa terdapat lima
peran dalam kerangka kerja manajer dalam kemampuan manajerialnya, yakni Planning (perencanan), Communicating (berkomunikasi), Organizing (mengorganisasi), Motivating (Memotivasi) , dan Controlling (pengawasan).
Selanjutnya peran manajemen (dalam hal ini kepala sekolah) dapat gambar
berikut.
Gambar : 2.1. Manager Roles
Lebih jauh Turney, N Hatton, K.Laws, Sinclair,
D. Smith (1992) menjelaskan , dalam
tugas penyusunan perencanaan, seorang manajer (kepala sekolah) terkait
dengan kecerdasan untuk pelaksanaan aktivitas. Kesiapan perencanan sebuah penetapan tujuan dan
mengkoordinasikan manusia untuk memenuhi tujuan sebuah pengembangan. Adapun
tugas manajer (kepala sekolah) dalam menyusun perencanaan, adalah : (1)
merumuskan visi dan misi; (2) membuat kebijakan dan arah tujuan; (3) merancang
program; (4) menentukan alokasi sumber anggaran; dan (5) memodifikasi kebijakan
perencanaan.
Dalam tugas melakukan komunikasi, seorang manajer (kepala sekolah) berkaitan dengan keterlibatan diantara
berbagai pimpinan, keterangan, gagasan, pertanyaan diantara individu atau
diantara kelompok kolega Adapun tugas manajer (kepala sekolah) dalam melakukan
komunikasi, adalah : (1) menciptakan sistem komunikasi; (2) berkonsultasi
dengan individu dan kelompok; (3) mengembangkan keahlian; dan (4) menanggulangi
masalah.
Dalam tugas memberikan motivasi, seorang manajer (kepala sekolah) berkaitan dengan penimbulan dan
mendorong seseorang perhatian terhadap sekolah, sikap mereka dalam pekerjaan
dan terhadap kemajuan. Adapun tugas manajer (kepala sekolah) dalam memberikan
motivasi, adalah : (1) memberi harapan pada penyelesaian masalah; (2) meningkatkan
kondisi guru; (3) mendukung individu dan kelompok; (4) mengembangkan iklim dan
semangat juang.
Dalam tugas melakukan pengorganisasian, seorang manajer (kepala sekolah) berkaitan
dengan mengatur partisipasi dalam pekerjaan di sekolah dan sumber daya yang
tersedia untuk jaminan keberhasilan
dalam pelaksanaan kebijakan dan perencanan. Adapun tugas manajer (kepala
sekolah) dalam melakukan pengorganisasian, adalah : (1) melakukan pengembangan
dan modifikasi struktur organisasi; (2) mengorientasikan partisifasi dan
menetapkan harapan tinggi; (3) menugaskan dan pendelegasian wewenang.
Dalam tugas melakukan pengawasan, seorang manajer (kepala sekolah) bertanggungjawab
untuk memastikan bahwa konsistensi aktivitas pada sekolah dan perencanan pada
organisasi mencapai sasaran kesuksesan. Adapun tugas manajer (kepala sekolah)
dalam melakukan pengawasan, adalah : (1) menetapkan standarisasi; (2) pengaruh
pelaksanan; (3) menilai dan monitoring; (4) memprakarsai memperbaiki tindakan.
Berdasarkan teori yang dikemukkan diatas,
maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah memiliki
dimensi yakni: kepemimpinan, motivasi, dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.
2. Konsep Motivasi
Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Teori motivasi adalah suatu pandangan tentang
cara atau sistem pemberian motivasi yang sampai batas-batas tertentu bersifat
normatif. Dalam konteks teori terdapat prinsip-prinsip, norma-norma yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman dalam memberikan motivasi kepada orang-orang atau
kelompok tertentu. Dalam perkembangannya teori motivasi berkembang sangat pesat
dan terdiri dari berbagai pandangan mengakibatkan beragamnya teori yang
membahas motivasi.
Motivasi
memiliki komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat antara motivasi
dan kebutuhan, dan drive dengan tujuan, dan insentif. Selain
itu menurut MC. Donald yang dikutip oleh
Hamalik, (2001 : 158): “ motivision is an energi change within the
person characterized by effective arousal and actipatory goal reaction”. Didalam
perumusan kita dapat lihat, bahwa ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu
sebagai berikut :
- Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu dalam sistem neorophisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi dalam perubahan sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan yang tidak diketahui.
- Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan effective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Misalnya seseorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan lancar.
- Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku dan mengikuti tes.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni
komponen dalam ( inter component ) dan komponen luar ( outer
component ). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan
merasa tidak puas dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen
dalam ialah perubahan-perubahan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar
ialah tujuan yang hendak dicapai. Antara kebutuhan-motivasi-perbuatan atau
kelakuan, tujuan dan kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang kuat. Setiap
perbuatan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Timbulnya motivasi oleh
karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan
tadi terarah kepada pencapaian tujuan tetentu pula. Apabila tujuan telah
dicapai maka ia akan merasa puas. Kelakuan yang memberikan kepuasan terhadap
sesuatu kebutuhan akan cenderung untuk diulang kembali, sehingga ia akan
menjadi lebih kuat dan lebih mantap.
Kebutuhan adalah
kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan
dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan ini timbul oleh
karena adanya perubahan (internal change ) dalam organisme atau
disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadian dilingkungan organisme. Begitu
terjadi perubahan tadi, maka begitu timbul energi yang mendasari kelakuan
kearah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada
kelakuan seseorang.
Drive adalah sesuatu
perubahan dalam struktur neorofisiologis seseorang yang menjadi dasar organisme
dari perubahan energi, yang disebut motivasi. Jadi timbulnya motivasi
disebabkan karena terjadi perubahan-perubahan neorofisiologis. Dikatakan oleh
Morgan dan Steller, yang dikutip oleh Hamalik, ( 2001 : 160), bahwa : “ A drive
is an intuiting neourophysiological condition that is a change we call
motivation”. Jelas sekali
bahwa hubungan antara motivasi dan drive kebutuhan ternyata erat sekali.
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh
suatu perbuatan yang apabila tecapai akan memuaskan individu. Adanya tujuan
yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong
timbulnya motivasi. Jadi, suatu tujuan dapat juga membangkitkan timbulnya
motivasi dalam diri seseorang. Dikatakan oleh William Burton, yang dikutip oleh
Hamalik, ( 2001 : 160 ), bahwa:
Individuals are motivated by purposes and goals which make
sense to those.“Individuals motivating
then becomes the subtle of seizing upon natural purposes
already existing, within the on going activities of the leames, or Setting the
stage, manipulating the environment so that purposes meaningful to the learner
are brought to light.
Incentive ialah hal-hal yang
disediakan oleh lingkungan (Pimpinan) dengan maksud merangsang pegawai bekerja
lebih giat dan lebih baik, misalnya kenaikan pangkat, jabatan, hadiah dan
lain-lain. Incentive dapat untuk memuaskan atau tidak memuaskan kebutuhan
individu. Incentive dapat menjadi tujuan atau identik dengan tujuan.
Jadi, terdapat hubungan yang erat antara motivasi dan incentive. Para pimpinan sering kali
menggunakan incentive untuk memberikan motivasi kepada para
pegawai untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Incentive ini akan
bermanfaat apabila mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan kepada
kebutuhan psikologis. Pegawai. Karena itu pimpinan harus kreatif dan imajinatif
menyediakan incentive tersebut.
Motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan (daya penggerak) di dalam individu untuk melakukan kegiatan guna
mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Setiap orang dalam hidupnya memerlukan
kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dengan adanya kebutuhan
tersebut akan mendorong adanya rangsangan ( stimulasi ) dan tingkah laku balas (responsi).
Menurut Manulang (1992 : 56), motivasi
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Setiap perasaan atau kehendak
dan keinginan yang amat mempengaruhi
kemauan individu, sehingga individu tersebut terdorong untuk berprilaku
dan bertindak.
2. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan
perilaku individu.
3. Setiap tindakan atau kejadian yang
menyebabkan berubahnya perilaku seseorang.
4. Proses dalam yang menentukan gerakan atau
tingkah laku individu kepada tujuan (goals).
Dari uraian dan beberapa
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya ditimbulkan
oleh dorongan (daya bathin) yang timbul dari dalam diri seseorang.
Menurut
Saydam ( 1996 : 227 ), menyatakan pengertian motivasi adalah sebagai berikut
motivasi merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang. Mengartikan
motivasi sebagai berikut : motivasi adalah kondisi mental yang mendorong
dilakukannya suatu tindakan (action atau activites) dan
memberikan kekuatan (energy) yang
mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan.
Sedangkan
menurut Manulang ( 1992 : 146 ) mengatakan motivasi sebagai berikut : Motivasi
dapat diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara
tertentu.
Dari
ketiga pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam diri
seseorang terdapat motivasi. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Apakah sesuatu yang dilakukannya itu baik atau buruk,
tergantung dari motivasi yang ada dalam diri seseorang tersebut.
Dalam
suatu organisasi tentunya motivasi yang diharapkan muncul dan berkembang di
dalam diri setiap karyawan adalah yang bersifat positif. Dalam arti timbulnya
suatu faktor/kejadian yang mendorong seorang karyawan melakukan tugas dan
kegiatan secara maksimal sesuai yang diinginkan oleh pimpinannya untuk mencapai
tujuan organisasi. Apabila setiap karyawan telah termotivasi dengan baik, maka
akan mempercepat pencapaian tujuan organisasi.
Motivasi
timbul karena faktor instrinsik (sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman,
pengetahuan dan cita-cita) dan ektrinsik (gaya kepemimpinan, dorongan atau
bimbingan seseorang, perkembangan situasi, dan sebagainya). Dalam kegiatannya
dengan kehidupan organisasi, motivasi berarti dorongan yang memberikan semangat kerja kepada para
karyawan untuk berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang
telah ditentukan. Seseorang karyawan dapat menyelesaikan perkerjaannya dengan
baik bila mempunyai motivasi tinggi dengan kecakapan sedang-sedang saja.
Sebaliknya orang yang mempunyai kecakapan tinggi tidak diimbangi dengan
motivasi tinggi tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Sejumlah
ahli mengkaji motivasi dari berbagai sudut pandang. Apa yang mereka paparkan
selanjutnya menjadi titik tolak para penganutnya untuk membaca, meneliti dan
menelaah berbagai kasus. Titik tolak para ahli yang berkembang dan menjadi
pegangan tersebut, akhirnya disebut teori mengenai motivasi.
Teori
disebut demikian karena berisi suatu rumusan dari suatu subyek yang telah
dikaji secara ilmiah. Dalam pandangan lain, teori adalah suatu rumusan dari
suatu pendapat yang dikemukakan secara
logis atau rasional. Pendek kata teori ialah rumusan dari suatu pandangan ,
pendapat atau pengertian tentang suatu yang dipandang sebagai pengetahuan yang
tinggi yang telah dipelajari secara ilmiah.
Motivasi
kerja memang merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.
Disatu pihak motivasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sikap unsur
pimpinan , sedang dipihak lain motivasi merupakan suatu hal yang dirasakan,
sulit oleh para pemegang jabatan. Oleh kerena itu setiap pimpinan perlu
memahami apa arti hakikat motivasi, yang tidak kalah pentingnya ialah
mengetahui kelompok bawahan yang perlu dimotivasi.
Stoner (dalam Wahjosumidjo, 1987 :
181) mengelompokkan teori motivasi
kedalam dua kelompok. Kelompok pertama
tergolong teori motivasi kebutuhan (content
theories of motivation), sedangkan kelompok kedua ialah yang tergolong
teori motivasi instrumental (instrumental theories of motivation).
Secara ringkas, konsep dari masing-masing teori dijelaskan dibawah ini.
3. Teori Komunikasi
Komunikasi
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja syatu organisiasi. Hal ini
dapat dipahami sebeb komunikasi yang tidak baik mempunyai dampak yang luas
terhadap kehidupan organisiasi, sebaliknya komunikasi yan baik dapat
meningkatan saling pengertian, kerja sama, dan kepuasan kerja yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kinerja pegawai dalam organisasi tersebut.
Goestch
dan Davis (2002:1-3) mengatakan bahwa dari begitu banyak keterampilan yang
dibutuhkan oleh manajer dalam manajemen mutu total atau Total Quality Management (TQM),
keterampilan komunikasi adalah yang paling penting. Masing-masing unsur
kunci dari konsep mutu total seperti fokus, pelanggan (baik pelanggan internal
maupun eksternal ), pelibatan dan pemberian wewenang tota pada karyawan,
kepemimpinan, kerja tim, pengambilan keputusan, pencegahan masalah, dan
penyelesaian konflik bergantung pada komunikasi yang efektif.
Komunikasi pada dasarnya adalah proses
penyampaian pesan/pikiran/perasaan. Oleh karena itu selalu ada lima unsur pokok
dalam komunikasi (Ibrahim dan Kusmintardjo, 1997) sebagai berikut:
- Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan/perasaan/pikiran kepada pihak lain.
- Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang “dikirimi” pesan/perasaan/pikiran.
- Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, perasaan dan sebagainya.
- Media yaitu cara pesan itu disampaikan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, film dan lainnya.
- Efek itu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
Selanjutnya Ibrahim dan
Kusmintardjo, menjelaskan bahwa proses komunikasi melewati tiga tahapan penting
yaitu encoding, penyampaian dan decoding. Pada tahap encoding, gagasan/program
yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Pada tahap ini
harus dipilih kata-kata, istilah, kalimat, gambar yang mudah dipahami oleh
komunikan. Perlu dihindari istilah-istilah yang tidak dikenal atau dapat
membuat bingung komunikan. Pada tahap penyampaian, istilah gagasan yang sudah
diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan secara lisan, tulisan
atau gabungan antara keduanya. Pada tahap decoding, komunikan mencerna dan
memahami kalimat dan gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
Komunikasi disebut efektif atau dapat mencapai tujuan jika terjadi perubahan
perilaku pada komunikan, seperti yang diharapkan oleh sikomunikator.
Ada hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam berkomunikasi (Abizar, 1988) sebagai berikut:
1.
Pribadi komunikan (orang yang
diajak komunikasi).
Pribadi harus dipandang sebagai kesatuan yang utuh. Saat berkomunikasi,
seseorang akan dipengaruhi oleh berbagai aspek simultan, antara lain
kecerdasan, kondisi fisik dan perasaan. Aspek-aspek tersebut harus diperhatikan
agar komunikasi efektif.
2.
Arti kata atau kalimat Arti
suatu kata atau kalimat lebih terletak pada diri orang daripada kata atau
kalimatitu sendiri. Setiap orang mengartikan kata sesuai dengan pengalaman
hidupnya. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi, kata-kata kunci harus
dijelaskan secara rinci, dengan contoh nyata.
3. Konsep diri. Komunikasi selalu terkait dengan konsep diri. Ketetapan memahami
konsep diri, baik diri sendiri maupun komunikan, akan sangat membantu
efektifitas komunikasi Saudara.
4. Empati. Jika Saudara berhasil mendapatkan empati dari orang lain, maka
komunikasi akan efektif. Mengapa? Karena Saudara dan dia memiliki kesamaan
sudut pandang.
5. Umpan balik sangat penting dalam komunikasi. Dengan umpan balik akan diketahui
kemungkinan terjadinya kesalahan/perbedaan tafsir. Oleh karena itu dalam
berkomunikasi, Saudara perlu selalu mendapatkan umpan balik dari komunikan.
Harold
D. Laswell (dalam Haasibuan, 2003:194) menyatakan bahwa cara yang tepat untuk
menyampaikan komunikasi adalah menjawab pertanyaan berikut :
a.
Siapa (who) ?
b.
Mengatakan apa (says what) ?
c.
Melalui saluran apa (in what
channel) ?
d.
Kepada siapa (to whom) ?
e.
Dengan efek bagaimana (with
what effect) ?
Dalam buku “The
Essenc of Effective Communication” Ludlow
dan Panton (1992:139) menyatakan bahwa diantara empat kemampuan dasar komuniksi
yang harus dipelajari secara terus menerus adalah listening, giving and receiving feedback (mendengarkan, memberi dan
menerima umpan balik).
Bovee dan Thill (1995:569-570) menyatakan bahwa
kemampuan mendengarkan adalah keahlian vital dalam bisnis (the vital skill in business). Proses mendengarkan melibatkan 5 (lima) aktivitas yang
saling berhubungan, yaitu:
1.
Sensing (mengerti secara mendalam),
adalah mendengakan pesan secara fisik dan membuat catatan. Proses ini harus
terlepas dari pengaruh-pengaruh kebisingan, mendengarkan secara ganda dan
terganggunya konsentrasi.
2.
Interpreting (menguraikan dan menyerap
isi pesan), dalam proses ini pebisnis harus menginterprestasi pesan yang
didengar dan menghubungkannya dengan nilai-nilai, kepercayaan, ide, harapan
kebutuhan. Oleh karena itu pendengar (pebisnis) harus secara tanggap menentukan
apa yang sebenarnya dimaksud oleh pembicara sehingga dapat memberikan jawaban
atau tanggapan yang akurat.
3.
Evaluating (mengevluasi), adalah
membentuk opini tentang pesan yang disampaikan.
4.
Remembering (menigngat) adalah menyimpan
pesan untuk digunakan sebagai referensi selanjutnya.
5.
Responding (menanggapi) adalah bereaksi
terhadap pemberi/penyampai pesan
Proses komunikasi seringkali dijumpai beberapa macam
hambatan, menurut Diana dan Tjiptono (2001) hambatan-hambatan tersebut diantarnya
berupa:
1.
Filtering, dimana pengirim memodifikasi
yang akan dsampaikan, ia hanya akan menyampaikn inormasi yng sesuai dengan
minat dan kehendak penerima.
2.
Selective Perception, yaitu penerima
hanya mau mendengar informasi yang ingin ia dengar. Penentuan informasi yang diinginkan tergantung
pada kebutuhan, sikap, minat dan pengharpannya.
3.
Perbedaan bahasa
4.
Keadaan emosi pengirim dan
penerima. Keberadaan system informasi yang tepat merupakan alat penting bagi
komunikasi.
Fergus dan Panton (2002:12) menjelaskan
hambatan-hambatan dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut:
1.
Barriers to Reception (gangguan
penerimaan) yang meliputi:
- Environtmental stimuli (rangsangan lingkungan)
- The receiver’s attitude and value (sikap dan nilai penerima pesan)
- The receiver’s need and expectations (harapan dan kebutuhan penerima pesan)
2. Barrier’s
to Understnding (gangguan
pemahaman)
·
Language, semantic problem (bahasa, masalah arti kata)
·
The ability of the receiver to
listen and receive message, especially which threaten his or her self concept (kemampuan penerima pesan untuk
mendengarkan dan menerima pesan terutama yang mengancam konsep diri mereka)
·
The length of communication (panjangnya
komunikasi).
·
Status effect (efek status).
3.
Barriers to Acceptance
·
Prejudices (prasangka/peranggapan)
·
Interpersonal conflict between sender and receiver (konflik antara pengirim dan penerima pesan).
Secara teoritis ada berbagai macam system komunikasi,
menurut Hariandja (2002), system komunikasi dapat dikategorikan menjadi tiga
yaitu, komunikasi ke bawah (downward
communication), komunikasi ke atas (upward
communication) dan komunikasi kesamping (lateral communication).
Komunikasi ke bawah adalah
penyimpan informasi-informasi atau gagasan dari atas atau pimpinan ke bawah. Informasi-informasi
yng disampaikan bisa meliputi banyak hal seperti tugas-tugas yang harus
dilakukan bawahan, kebijakan organisasi, tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan
adanya perubahan-peruba kebijakan. Komunikasi ke atas adalah penyampaian
informasi dari pegawai keatasan atau perusahaan. Formasi ini bisa berupa laporan penjelasan tugas,
gagasan, keluhan dan lain-lain. Komunikasi ke samping adalah komunikasi yang
terjadi diantara pegawai dengan tingkat yang sama dalam orgnisasi, tetapi
mereka mempunyai tugas yang berbeda.
4. Kompetensi Guru
Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan
pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang
dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think“. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think“. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Jika
kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih
beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis
pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum
sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh
karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru.
Apa yang dimaksud dengan
kompetensi itu ? Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa “competency has
been defined in the light of actual circumstances relating to the individual
and work”. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len
Holmes (1992) menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of
something which a person who works in a given occupational area should be able
to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person
should be able to demonstrate.”
Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.
Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.
Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Mengacu pada pengertian kompetensi
di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran
tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan
pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat
ditunjukkan. Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad
Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu :
(1)
Kompetensi profesional;
memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan
menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang
diselenggarakannya.
(2)
Kompetensi kemasyarakatan;
mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
(3)
Kompetensi personal; yaitu
memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang
guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso
sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Menurut Muhhibin Syah (1997 : 229)
, pengertian dasar kompetensi (competency) adalah "kemampuan atau
kecakapan."
Padanan kata berasal dari bahasa inggris ini cukup
banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan
ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Hanya proficiency
lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat
tinggi.
Disamping berarti kemampuan, kompetensi menurut Mc Leod
(1989), yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1997 : 229), dalam buku psikologi
pendidikan berarti :"... the state of being legally competent or
qualified, yakni keadaan yang berwewenang atau memenuhi syarat menurut
ketentuan hukum."
Adapun kompetensi guru (teacher competency) menurut
Barlow (1985) yang juga dikutip oleh Muhibbin Syah (1997 : 229), mengemukakan
bahwa, kompetensi ialah "The ability of a teacher to responsibly
perform his or her duties uppropriuty ". Artinya, kompetensi merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban- kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak.
Berdasarkan pengertian diatas,
maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya guru yang piawai dalam
melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan
profesional. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan
yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja
harus dipelajari dan kemudian dialpikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar
pngertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya
karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam
melaksanakan profesinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Nana Sudjana, 1988, yang
dikutip oleh Moh. Uzer Usman (1995 : 14), kata "Profesional berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang
yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya".
Dengan kata lain pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.
Bertitik tolak pada pengertian
ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik
dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Yang
dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal
tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan
belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang
tercantum dalam kompetensi guru yang akan diuraikan berikut.
Selanjutnya dalam melakukan
kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (competenev)
yang beraneka ragam. Lebih lanjut, Muhhibin Syah (1992 : 230) dalam buku
psikologi pendidikan menjelaskan bahwa, "dalam menjalankan kewenangan
profesionalnya, yang dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies)
yang bersifat psikologis, yang meliputi: kompetensi kognitif, kompetensi
afektif guru, dan kompetensi psikomotor guru".
5. Konsep Kepuasan Kerja
Kepuasaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang individu atau kelompok dapat terpenuhi kebutuhan fisik maupun
psikologisnya melebihi harapannya.
Kepuasaan ini tidak dapat dipisahkan dengan konsep pelayanan dari
instansi atau lembaga dimana seseorang bekerja atau melaksanakan tugas.
Pengertian pelayanan menurut kamus
bahasa Indonesia adalah upaya memberikan kemudahan, sedang yang lainnya menyebutkan pelayanan sama dengan costumer
service. Sedang Tracy (1995) mengartikan pelayanan sebagai pendekatan seutuhnya
dari seseorang kepada pelanggan atau masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan diartikan secara
konseptual sebagai upaya-upaya yang dilakukan perusahaan atau lembaga secara
bersahabat, profesional, dan dengan sikap menolong yang ditujukan untuk
memberikan kemudahan kepada pelanggan/masyarakat maupun karyawan agar
memperoleh kepuasan.
Mengacu pada definisi konseptual di atas serta kedua pendapat tersebut,
bahwa mutu pelayanan pada hakekatnya dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan faktor yang meliputi :1). Profesionalisme
pelaksana; 2)Perilaku
pelaksana; 3)Lingkungan.
Menurut
Parasurama, Zeilahmi, dan Berry
yang dikutip Philip Kotler (1994, :240) terdapat kriteria pelanggan terhadap
mutu pelayanan dari usaha jasa apapun pada dasarnya :
1.
Komunikasi, jasa tersebut dapat dijelaskan dengan tepat dalam bahasa
pelanggan.
2.
Kompetensi, para pegawai/aparaturnya memiliki keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan.
3.
Kesopanan, para pegawai harus ramah, cepat tanggap
dan tenang.
4.
Responsif, pelayanan atau respons pegawai terhadap
permintaan atau permasalahan yang dihadapi pelanggan dilakukan secara cepat dan
kreatif.
5.
Memahami
konsumen, pegawai benar-benar
membuat usaha untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dan memberikan
perhatian secara individual.
Dengan demikian kepuasaan kerja guru dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang individu atau kelompok guru dapat
terpenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya melebihi harapannya.
6. Konsep Kinerja
Bahwa sifat
manusia, walaupun sudah mendapatkan pekerjaan atau posisi,namun pada hakikatnya
manusia itu selalu menghindari pekerjaan-pekerjaan yang berat yang berisiko tinggi,malah
kalau memungkinkan hanya mau pekerjaan yang ringan saja,tetapi mendatangkan
ipah yang besar. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Mc Gregor (dalam
Gomes,1999:198) bahwa:
1)
The average human being has
an inherent dislike of work and avoid it if he can.
2)
Because of this human
characteristic of dislike of work,most people must be coerced, controlled,
directed, threatened with punishment to get them to put forth adequate effort
toward the achievement of organizational objectives.
3)
The average human being prefers
to be directed, wishes to avoid responsibility, has relatively little ambition,
wants security above all.
Untuk itu sebagimana dikemukakan Mc.
Gregor tadi kontrol, pengawasan, perhatian tetap diperlukan. Oleh karena itu
peran motivasi seperti kata March dalam Simon (1997: 149) sudah lazim kepuasan
kerja serta moral yang meningkat, selalu akan menjelmakan produktivitas kerja
meningkat pula. Sedarmayanti (1995 : 67) melihat perihal pengaruh motivasi
terhadap produktivitas, menyatakannya sebagai berikut : “Untuk kerja yang baik
dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau
motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat menghasilkan keluaran yang
tinggi.”
Pembangunan mutu dan kualitas
pendidikan antara lain ditempuh melalui pembangunan mutu para pendidiknya,
karena pendidikan merupakan ”The man
behind the system/program” serta sebagai faktor kunci yang turut menentukan
keberhasilan pendidikan. Dalam hal ini Oteng Sutisna (1991 : 103) mengumukakan
bahwa: Kualitas program pendidikan tidak hanya tergantung kepada konsep-konsep
program yang cerdas tetapi juga pada personil pengajar yang mempunyai
kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang cakap dan
efektif, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang cerdas
serta dirancang dengn teliti pun tidak dapat berhasil.
Dengan pernyataan tersebut di
lain pihak uru atau tenaga kependidikan lainnya harus memiliki rasa
tanggunggjawab untuk meningkatkan kemampuan profesional sebagai pendidik, oleh
karena itu tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntunan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pembangunan bangsa.
Kaitannya dengan
profesionalisme tenaga pendidik/pengajar, Fakry Gaffar (1987 : 159),
menyebutkan bahwa ”Kinerja guru terbagi kedalam tiga bidang besar, yautu: (1) content knwledge, (2) behavioral skills, (3) huan relatios skill”.
Dalam hal ini pertama, Content knowledge berkaitan dengan
penguasaan materi pengetahuan yang akan dijarkan kepada peserta didik. Kedua,
mengenai Behavioral skills, berupa
keterampilan perilaku yang harus dimiliki oleh pengajar/pendidik yang berkaitan
dengan penguasaan didaktis metodologis pengajar arah apakah pendidikan yang
bersifat pedagogis untuk pendidik anak pun andragogis untuk pendidikan orang
dewasa. Ketiga, human relations skill,
adalah kemampuan manusiawi untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan unsur
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan yakni peserta didik, pengajar,
dan pimpinan lembaga pendidikan.
Kinerja guru dalam organisasi
pendidikan selalu menjadi pembicaraan masyarakat ramai yang harus mendapatkan
perhatian. Kinerja guru tidak boleh diabaikan untuk mengacu prestasi belajar
siswa yang menjadi idaman masyarakat. Adapun indikator yang dapat diperhatikan
untuk mendapatkan kinerja guru yang baik adalah dengan adanya kemampuan guru
dalam : (1) membuat perangkat pembelajaran; (2) melaksanakan kegiatan
pembelajaran; (3) memberikan dorongan belajar kepada murid dan (4) memahami dan
mengikuti pengembangan kurikulum.
Seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya tidak hanya mengajar atau menyajika materi pelajaran di
depan kelas, tetapi juga harus memahmi tugas-tugas lainnya. Hadri Nawawi (1985
: 124) mengemukakan bahwa ”kompetensi guru itu berkenaan dengan kemampuan dasar
teknis edukatif dan administratif yaitu: (1) penguasaan bahan pengajaran, (2)
mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan
media/sumber, (5) mengelola dan menyempurnakan interaksi belajar mengajar, (6)
memahami fungsi dan program layanan bimbingan belajar:.
Sementara itu Sanusi (1995 :
45) mengemukakan tiga aspek utama kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru,
yakni: (1) rencana pelajaran (teaching
plans and mateials); (2) prosedur mengajar (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pibadi (interpersonal skills).
Senada dengan Sanusi, Charles
K. Johnsons (1974 : 6) mengemukakan beberapa kometensi yang harus dimiliki
guru, yaitu: komponen kinerja (performance
component), komponen bahan pengajaran (the
teaching subject component), komponen proses pengajaran (the taugh process component), komponen
penyesuaian pribadi (the peronal
adjustment component) dan komponen sikap (the attitude component).
Sedangkan Conners seperti
dikutip Hasibuan (1996 : 54) melihat kegiatan dari sisi tugas guru, Conners
mengidentifikasi tugas mengajar guru menjadi tiga tahap, yaitu: (1) tahap
sebelum mengajar, (2) tahap pengjarn, dan (3) tahap sesudah mengajar.
Sedangkan Ratchs, sebagaimana
dikutif Djam’an Satori (1980 : 36) mengemukakan tiga belas fungsi yng diharpkan
dimiliki oleh seorang guru, yaitu:
1) Berinisiatif, membimbing dan memberi arah,
2) Mengubah dan menyempurnakan kurikulum,
3) Memberitahukan, menerangkan dan
menunjukkan bagaimana caranya,
4) Melaksanakan dengan membangkitkan rasa
aman dan terjmin,
5) Proses penjelasan, dari anggapan sampai
kepada pembuktian,
6) Mengkoordinir kerja kelompok,
7) Membantu memperkaya masyarakat,
8) Meneliti dan memperbaiki pekerjaan,
9) ”Evluating,
recording dan reporting,
10) ”School-wde
function”,
11) Memelihara keindahan kelas,
12) Memelihara dan meningkatkan karier
profesional
13) Hidup sebagai warga negara yang baik.
C. Penutup
Kondisi empiris guru Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Indramayu dari sudut pandang penulis dalam konteks kepuasan
kerja dan kinerja guru, adalah sebagai berikut :
4. Tingkat prestasi guru, dengan indikator
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas,
dalam memecahkan masalah, dan melihat hasil kegiatannya , masih lemah.
5. Tingkat pengakuan (penghargaan) yang diterima
guru, baik dari masyarakat, birokrat, dan orang tua siswa, masih sangat kecil.
6. Tingkat tanggungjawab guru pada pekerjaannya masih
lemah.
7. Tingkat kesinambungan dan kepastian jenjang
kepangkatan dan karier seorang guru masih belum jelals dan belum
berjenjang.
Sementara itu, tingkat ketidak puasan kerja guru
dapat timbul dari sumber-sumber berikut ini :
j.
Lemahnya
standarisasi kebijakan dan administrasi.
k. Lemahnya pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah.
l.
Lemahnya
tingkat kesejahteraan.
m. Lemahnya tingkat hubungan antar personal.
n. Lemahnya tingkat kondisi kerja.
o. Lemahnya peluang untuk tumbuh.
p. Lemahnya tingkat effek kerja terhadap kehidupan
pribadi
q. Lemahnya tingkat keamanan kerja.
r.
Lemahnya
tingkat status.
Dari paparan di atas akhirnya penulis
simpulkan bahwa, Faktor kemampuan manajerial
kepala sekolah, kualitas kompetensi guru, motivasi guru, dan kualitas komunikasi guru menjadi unsur
paling dominan yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru dalam meningkatkan
kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Indramayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar