Jumat, 17 Juni 2011

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan UU system pendidikan. UU tsb. memuat 22 bab 77b pasal dan penjelasannya. UU system Pendidikan (2003:38) menjelaskan bahwa setiap pembaharuan system pendidikan nasional untuk memperbaharui Visi, Misi, dan strategi pendidikan Nasional. Visi pendidikan Nasional diantaranya adalah (1). Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, (2). Membantu dan mempasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. (3). Meningkat kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoftomalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. (4). Meningkatkan kepropesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global, (5). Memperdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jika mencermati visi pendidikan tersebut, semuanya mengarah pada mutu pendidikan yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mutu pendidikan ternyata dipengaruhi oleh banyak komponen; menurut Samsudin (2005: 66), ada tiga komponen utama yang salin berkaitan dan memiliki kedudukan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika komponen tersebut adalah: Kurikulum, guru, dan pembelajaran (siswa). Ketiga komponen itu, gurulah yang menduduki posisi sentral sebab peranannya sangat menentukan dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu menerjemahkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum secara oftimal. Walaupun system pembelajaran sekarang sudah tidak Teacher Center lagi seorang guru harus tetap memegang peranan yang penting dalam membimbing siswa. Bahkan, menurut UU Guru Pasal I ayat I (2006:23) guru adalah pendidik propesional dengan tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menegah. Berdasarkan hal itu, seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai baik di bidang akademik maupun pedagogik. Menurut Djazuli (1996:2), seorang guru di tuntut memiliki wawasan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkannya dan wawasan yang berhubungan kependidkan untuk menyampaikan isi pembelajaran pada siswa. Kedua wawasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seorang guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya, pengetahuan, sikap, dan keterampilannya secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengeteahuan dan teknologi, termasuk paradigma baru pendidikan yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Menurut dirjen pendidikan dasar dan menengah, departemen pendidikan nasional (2004:2), seorang guru harus memenuhi tiga setandar kompetensi, diantaranya: (1) Kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan, (2) Kompetensi akademi/Vokasional sesuai materi pembelajaran, (3) Pengembangan profesi. Ketiga kompetensi tersebut bertujuan agar guru bermutu menjadikan pembelajaran bermutu juga, yang akhirnya meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
Untuk mencapai tiga kompetensi tersebut, sekolah harus melaksanakan pembinaan terhadap guru baik melalui workshop, PKG, diskusi, dan supervisi edukatif. Hal itu harus dilakukan secara periodic agar kinerja dan wawasan guru bertambah. Sebab, berdasarkan diskusi yang dilakukan guru di SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu, rendahnya kinerja dan wawasan guru diakibatkan oleh: (1) rendahnya kesadaran guru untuk belajar, (2) Kurangnya kesempatan guru mengikuti pelatihan, baik secara regional maupun nasional, (3) Kurang efektifnya PKG, (4) Suvervisi pendidikan yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran cenderung menitikberatan pada aspek administrasi.
Untuk memperbaiki kinerja dan wawasan guru dalam pembelajaran di SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu, sekolah melaksanakan penelitian tindakan yang berkaitan dengan permasalahan diatas. Karena keterbatasan peneliti, penelitian ini hanya difokuskan pada suvervisi edukatif saja, sehingga judul penelitian tindakan tersebut adalah “Upaya Meningkatkan Kinerja guru dalam pembelajaran di kelas melalui suvervisi edukatif kolaboratif secara periodik (PTS di SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu).”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun rumusan masalah secara umum dalam penelitian tindakan ini yaitu: apakah kinerja guru terhadap pembelajaran dikelas dapat ditingkatkan melalui supervisi edukatif kolaboratif secara periodik,?
Secara khusus, rumusan masalah penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan dilaksanakannya supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran?
2. Apakah dengan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat ditingkatkan?
3. Apakah dengan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dapat meningkatkan guru terhadap menilai prestasi belajar siswa?
4. Apakah dengan dilaksanakannya supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dapat meningkatkan guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar pada siswa?

C. Batasan Masalah
Karena supervisi edukatif melibatkan supervisor, guru, siswa, dan lingkungan, dalam penelitian tindakan ini, peneliti sebagai pengawas TK, SD, SDLB bersama semua guru SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu, mengidentifikasi masalah pembelajaran. Selanjutnya, menentukan langkah-langkah pemecahan masalah. Hasil diskusi diperoleh langkah-langkah pemecahan, yakni : (1) mengadakan workshop singkat tentang pembuatan persiapan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran di sekolah, (2) melaksanakan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dengan menekankan pada pemberian bantuan untuk perbaikan pembelajaran.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Memberi gambaran tentang langkah-langkah supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dalam menyusun rencana pembelajaran.
b. Mendeskripsikan langkah-langkah supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dalam melaksanakan rencana pembelajaran.
c. Mendeskripsikan langkah-langkah supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dalam menilai prestasi belajar.
d. Mendeskripsikan langkah-langkah supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dalam melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Hasil Penelitian
a. Manfaat bagi Sekolah
Menciptakan system pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
b. Manfaat bagi Guru
Meningkatkan wawasan guru sehingga muncul motivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
c. Manfaat bagi Siswa
Mengembangkan potensi yang ada dalam diri para peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.




BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan spesifikasi dari kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya dalam pekerjaan, sesuai dengan kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan (Ditjen Dikdasmen, 2004: 4) berdasarkan pendapat tersebut seseorang yang bekerja sebagai guru yang menurut UU guru tahun 2006 merupakan pekerjaan yang profesional, guru harus memenuhi standar-standar minimal yang dibutuhkan oleh depdiknas.
Guru yang setiap hari selalu berhadapan dengan anak tentu menghadapi berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan anak tersebut maupun dengan lingkungan pendidikan yang notabene mempunyai berbagai karakter, berbagai kemampuan dan motivasi, yang semuanya memerlukan strategi khusus yang harus dipersiapkan oleh guru, sehingga guru tersebut harus mempersiapkan diri baik yang berkaitan dengan materi yang akan dikuasai siswa, sikap siswa, maupun strategi yang dapat memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, depdiknas menentukan bagian-bagian yang harus dikuasai oleh guru dalam rangaka memenuhi standar kompetensi guru. Komponen-komponen standar kompetensi guru antara lain:
1. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan.
2. Komponen kompetensi akademik/ vokasional sesuai materi pembelajaran.
3. Pengembangan profesi.
Selain ketiga komponen tersebut seorang guru harus memiliki sikap dan kepribadian yang positif, dimana sikap dan kepribadian tersebut senantiasa melekat pada setiap komponen yang menunjang profesi guru.


Seorang guru yang profesional sikap dan kinerjanya akan kelihatan dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya hasil kerjanya harus bisa diukur oleh indikator. Oleh sebab itu, (Ditjen Dikdasmen 2004: 10), merumuskan indikator kompetensi yang masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran.
Kompetensi ini merupakan komponen awal yang harus dilakukan guru karena bagian inilah seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan program-program yang disiapkan. Dengan adanya program itu, semuanya akan dapat dinilai, diukur, dan dievaluasi dalam dunia pendidikan, penentuan keberhasilan dapat dilihat dari indikatornya. Oleh sebab itu indikator dalam kompetensi ini menurut Ditjen Dikmenum adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran dengan Indikator Sebagai Berikut
1. Mendeskrifsikan tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah ditentukan
3. Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok
4. Mengalokasikan waktu
5. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai
6. Merancang prosedur pembelajaran
7. Menentukan media pembelajaran/ peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan.
8. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku modul, program komputer, dan sejenisnya).menentukan teknik penilaian.
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan oleh Ditjen Dikmenum tersebut, seorang guru harus mampu membuat Rancangan Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang pada dasarnya sama dengan idikator diatas. Guru tidak akan mampu membuat RPP tersebut jika guru tidak banyak belajar tentang materi, metode, strategi, media, dan penilaian pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus banyak membaca atau belajar.
b. Kompetensi Melaksanakan Pembelajaran dengan Indikator Sebagai berikut:
1) Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai.
2) Menyajikan Materi Pelajaran Secara Otomatis.
3) Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan.
4) Mengatur kegiatan siswa di kelas.
5) Menggunakan media pembelajaran/ peralatan praktikum (dan bahan ) yang telah di tentukan .
6) Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih ( berupa Buku, modulm, program komputer, dan sejenisnya).
7) Memotifasi siswa dengan berbagai cara yang positif.
8) Melakukan interaksi dengan siswa mengguanakan bahasa yang komunikatif.
9) Memberikan pertanyaan dan umpan balik, untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar.
10) Menyimpulkan pembelajaran.
11) Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
Berdasarkan indikator diatas, guru harus mampu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai siswa dalam belajar. indikator-indikator diatas berkaitan dengan tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran (KBM). Oleh sebab itu, guru yang mampu melaksanakan indikator diatas, akan dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu.
c. Kompetensi Menilai Prestasi Belajar dengan Indikator Sebagai berikut:
1) Menyususn soal / perangkat penilaian sesuai dengan indikator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan.
2) Melaksanakan penilaian.
3) Memeriksa jawaban / memberikan sekor tes hasil belajar berdasarakan indikator/ kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan.
4) Mengolah hasil penilaian.
5) Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reabilitas).
6) Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya: interpretasi kecenderungan hasil penilaian tingkat pencapaian siswa dll).
7) Menyususn hasil laporan penilaian
8) Memperbaiki soal/perangkat penilaian.
Berdasarkan indikator kompetensi penilaian, guru harus mampu menyusun kisi-kisi, butir soal, pedoman penilaian, melaksanakan, mengolah nilai, melaporkan nilai, dan analisis soal tersebut.
d. Melaksanakan tindak lanjut hasil Penilaian Prestasi Belajar Peserta didik dengan Indikator Sebagai berikut:
1) Mengidrentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian.
2) Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian.
3) Melaksanakan tindak lanjut.
4) Mengevaluasi hasil tindak lanjut.
5) Meganalisis hasil evaluasi program tindaklanjut penilaian.
Dengan adanya indikator-indikator yang berkaitan dengan kompetensi pengelolaan belajar diatas, guru, kepala sekolah dan pengawas akan bisa menilai sejauhmana kompetensi seorang guru dalam mengelola pembelajaran.
2. Komponen kompetensi wawasan pendidikan.
Kompetensi wawasan pendidikan merupakan bagian yang harus dikuasai guru sebelum Action didepan anak guru harus memahami landasan pendidikan, kebijakan pendidikan, perkembangan siswa, pendekatan pemebelajaran, menerapkan bekerja sama dalam pekerjaan, dan memanfaatkan kemajuan iptek dalam pendidikan. Untuk memahami tersebut, guru wajib belajar perkembangan ilmu pendidikan dan pengetahuan karena ilmu pendidikan sekarang berkembang dengan pesat. Dahulu pembelajaran, dengan sistem Teacher Center sangat tepat tetapi pembelajaran itu sekarang ternyata kurang tepat karena siswa setelah pembelajaran tidak bisa memecahkan persoalan, bahakan siswa diberi soal yang berbeda walaupun sama temannya tetap tidak bisa. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berbasis CTL, CL, PAKEM, pembelajaran model Quantum Teaching perlu dibaca guru agar wawasan pendidikan terus bertambah bahkan dalam buku pendidikan modern pendidikan selalu dikaitkan dengan usia dan motivasi berdasarkan uraian diatas, guru perlu mengetahui dan menguasai indikator-indikator yang berkaitan dengan kompetensi wawasan. Pendidikan Ditjen Dikmenum (2004:12) menyebutkan indikatornya sebagai berikut.
a. Memahami landasan kependidikan dengan indikator sebagai berikut.
1. Menjelaskan tujuan dan hakikat pendidikan.
2. Menjelaskan tujuan dan hakikat pembelajaran.
3. Menjelaskan konsep dasar pengembangan kurikulum.
b. Memahami kebijakan pendidikan dengan indikator sebagai berikut.
1. Menjelaskan visi, misi, dan tujuan pendidikan.
2. Menjelaskan tujuan pendidikan tiap satuan pendidikan sesuai tempat bekerjanya.
3. Menjelaskan sistem dan struktur setandar kompetensi guru.
4. Memanfaatkan setandar kompetensi siswa.
5. Menjelaskan konsep pengembangan pengelolaan pembelajaran yang diperlukan (misalnya: Lif Skill BBE/ Broad Based Education. CC/ Comunity colege, CBF / kompetensi – Based Education and Training dan lain-lain.
6. Menjelaskan konsep pengembangan manajemen pendidikan yang di berlakukan (misalnya: MBS/Manajemen Berbasis Sekolah, dewan pendidikan, komite sekolah, dan lain lain).
7. Menjelaskan konsep dan struktur kurikulum yang diberlakukan (misalnya: Kurikulum berbasis kompetensi)




c. Memahami tingkat perkembangan siswa dengan indikator sebagai berikut.
1. Menjelaskan pesikologi pendidikan yang mendasari perkembangan siswa.
2. Menjelaskan tingkat tingkat perkembangan mental siswa.
3. Mengidentifikasi tingkat perkembangan siswa yang dididik.
d. Memahami penedekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya dengan indikator sebagai berikut.
1. Menjelaskan teori belajar yang sesuai materi pembelajarannya.
2. Menjelaskan strategi dan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya.
3. Menjelaskan metode pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya.
e. Menerapkan kerjasama dalam pekerjaan dengan indikator sebagai berikut.
1. Menjelaskan arti dan fungsi kerja sama dalam pekerjaan .
2. Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan.
f. Memanfaatkan kemajuan iptek dalam pembelajaran dengan indikator sebagai berikut.
1. Menggunakan berbagai fungsi internet terutama menggunakan email dan mencari informasi.
2. Mengguanakan komputer, terutama untuk Word Procesor dan Spead Shed (Contoh: microsof Word dan Excel).
3. Menerapkan Bahasa Inggris untuk memahami literatur asing/memperluas wawasan kependidikan.
3. Komponen kompetensi akademik/pokasional.
Kompetensi akademik ini berkaitan denga penguasaan materi pengajaran yang akan di pelajari/dipahami/dikuasai siswa. Guru harus menguasai materi yang akan diajarkan. Oleh sebab itu, kompetensi bidang akademik ini berkaitan dengan penguasaan keterampilan sesuai dengan materi pembelajaran. Menurut Ditjen Dikmenum ( 2004:14). Hanya ada satu kompetensi dibidang ini yaitu sebagai berikut:
1. Menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran dengan indikator sebagai berikut.
a. Menguasai materi pembelajaran pada biadangnya.
4. Komponen kompetensi pengembangan profesi.
Komponen ini sangat berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengembangkan dirinya sebagai guru yang profesional. Guru harus bisa mengembangkan dirinya melalui penelitian-penelitian pendidikan demi kemajuan peserta didik dan kemajuan dirinya. Hal ini, jika dilakukan oleh semua guru, pendidikan akan bermutu. Oleh sebab itu, penelitian tindakan sangat cocok untuk pengembangan pendidikan. Guru melaksanakan penelitian tindakan kelas dan kepala sekolah melakukan penelitian tindakan sekolah. Untuk itu, Ditjen Ditmenum (2004:15) menentukan kompetensi dan indikatornya, yakni sebagai berikut:
Mengembangkan propesi dengan indikator sebagai berikut.
1. Menulis karya ilmiah hasil penelitian/pengkajian/survai di bidang pendidikan.
2. Menulis karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pendidikan sekolah.
3. Menulis tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan sekolah di media masa.
4. Menulis prasaran/makalah berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada pertemuan ilmiah.
5. Menulis buku pelajaran/modul/ Diktat.
6. Menulis diktat pelajaran.
7. Menemukan teknologi tepat guna.
8. Membuat alat pelajaran/alat peraga/alat bimbingan.
9. Menciptakan karya seni monumental seni pertunjukan.
10. Mengikuti perkembangan kurikulum.
Dengan adanya indikato-indikator diatas, kepala sekolah akan mudah menentukan guru yang berprestasi maupun yang belum berprestasi.

B. Kinerja Kepala Sekolah
Keberhasilan sekolah sangat bergantung pada keberhasilan kepala sekolah. Sekolah yang di pimpin oleh kepala sekolah yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap peningkatan mutu maka sekolah tersebut akan cepat berkembang, karena kunci keberhasilan sekolah sangat bergantung pada sekolahnya. Menurut pidarta (1990) dalam pelangi (2005:23) kepala sekolah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam mengadakan perubahan. Kegiatan untuk meningkatkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran disekolah sebagian besar terletak pada diri kepala sekolah itu sendiri lebih lanjut Pidarta (1990) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan tanggungjawab sebagai manager pendidikan, pemimpin pendidikan, supervisor pendidikan dan administrator pendidikan.
Dalam hal kinerja kepala sekolah harus melaksanakan tugas utamanya menjadi kepala sekolah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Menurut format penilaian kinerja sekolah kabupaten Lamongan (2004: 1-43), kepala sekolah harus melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan kepala sekolah sebagai pendidik(Edikator), kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai penyelia (Supervisor), kepala sekolah sebagai peminpin( Leader), dan kepala sekolah sebagai Enterpreneur (Kewirausahaan).
1. Kepala Sekolah Sebagai Manajer.
Kepala sekolah sebagai manajer disekolah harus mampu merencanakan suatu atau mencari strategi yang lebih baik, mengorganisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih berserakan agar menyatu dan melaksanakan control terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. Atas perannya sebagai manajer kepala sekolah dituntut mampu, (1). Mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas masyarakat yang di inginkannya. (2). Melakukan inovasi dengan mengambil inofatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah. (3). Menciptakan strategi atau kebijakan untuk menyukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut. (4). Menyusun perencanaan, baik perencanaan strategi maupun perencanaan operasional, (5). Menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan. (6). Melakukan penegndalian control terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.
2. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Sekolah.
Sebagai peminpin, kepala sekolah harus mampu menggerakan orang lain agar secara sadar dan suka rela ,melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan kepeminpinan kepala sekolah di tunjukan ke[ada bawahannya, terutama pra guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan hal itu sependapat dengan Wahjosumijo (2001:24), peran kepala sekolah sebagai peminpin sekolah memiliki tanggung jawab menggerakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan.
Dalam hal pelaksanaannya, keberhasilan kepeminpinan kepala sekolah menurut Depdiknas (2000:24), sangat di pengaruhi hal-hal sebagai berikut. (1). Kepribadian yang kuat kepala sekolah harus mengembangkan pribadi agar percaya diri, berani bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan social. (2). Memahami tujuan pendidikan yang baik; pemehaman yang baik merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat menjelaskan kepada guru, stap dan fihak lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya. (3). Penegtahuan yang luas; kepala sekolah harus memiliki pengalaman dan ;pengetahuan yang luas tentan bidang tugasnya maupun bidang yang lain yang terkait. (4). Keterampilan propesional yang terkait dengan tugasnya sebagai epala sekolah. Yaitu: (a). keterampilan teknis misalnya: teknis menyusun jadwal pelajaran dan pemimpin rapat, (b). keterampilan hubungan kemanusiaan misalnya: bekerjasama dengan orang lain, memotivasi guru dan staf, (c). Keterampilan konseptual, misalnya: mengembangkan konsep pengembangan sekolah dan memperkirakan masalah yang akan muncul dari mencari pemecahan.
Adapun menurut Mulyasa( 2002), kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang :
1. Mampu memperdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepeminpinan yang sesuai denga tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah,
5. Bekerja dengan tim manajemen dan;
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator Sekolah.
Sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu mengelola administrasi yang berkaitan dengan sekolah menurut instrument kinerja sekolah (2004:10); kepal sekolah harus mampu :
1. Mengelola administrasi KBM dan BK,
2. Mengelola administrasi kesiswaan,
3. Mengelola administrsi ketenagaan,
4. Mengelola administrsi keuangan.
5. Mengelola administrsi gedung sarana/prasarana dan
6. Mengelola administrsi persuratan. Semua administrasi yang dikelola tersebut harus berdasarkan perundang undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah harus melaksanakan perencanaan , pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang yang menangani kurikulum kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan. Menurut Sholeh(2005:25); kepala sekolah harus mampu melakukan :
1. Pengelolaan pengajaran
2. Pengelolaan kesiswaan
3. Pengelolaan sarana dan prasarana
4. Pengelolaan keuangan, dan
5. Pengelolaan hubungan sekolah dengan masuyarakat.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor/ penyelia sekolah.
Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan propesinya. Menurut Purwanto (1987) ,supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah maupun guru. Oleh sebab itu supervisor harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan hubungan antar individu dan keterampilan teknis. Supervisor didalam tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama melainkan juga harus di ikuti dengan jenjang pendidikan formal yang memadai. Menurut Depdiknas (1994:2), supervisi tersebut harus dilaksanakan secara :
1. Sistematis, maksudnya supertvisi dikembangkan dengan perencanaan yang matang.sesuai dengan sasaran yang di inginkan,
2. Objective artinya sipervisi memberikan masukan sesuai dengan aspek yang terdapat dalam instrument .
3. Realistis, artinya supervisi didasarkan atas kenyataan sebenarnya yaitu, pada keadaan atau hal-hal yang sudah dipahami dan dilakukan oleh para setap,
4. Antisipatif, artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin akan terjadi.
5. Konstruktif, artinya supervisi memberikan saran-saran perbaikan kepada yang di supervisi untuk terus berkembang sesuai ketentuan ataua aturan yang berlaku,
6. Kreatif, artinya supervisi mengembangkan kreativitas dan inisiativ guru dalam menegembangkan proses belajar mengajar,
7. Cooperative, artinya sipervisi mengembangkan perasaan kebersamaan untuk menciptakan dan mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik,
8. Kekeluargaan, artinya supervisi mempertimbangkan salin asah saling asuh, dan tutwuri handayani.
5. Kepala Sekolah Sebagai Entrepreneur (Kewirausahaan Sekolah).
Pada era otonomi sekolah, kepala sekolah harus bisa mengembangkan sekolahnya menjadi sekolah yang mandiri. Hal ini seperti yang di ungkapkan Ditjen DITMENUM (2001:10), salah satu ciri sekolah yang mampu bersaing dalam era globalisasi adalah sekolah yang mandiri atau berdaya. Sekolah yang berdaya memiliki ciri-ciri, yaitu tingkat kemandiriannya tinggi/tingkat ketergantunagnnya rendah, bersifat adaptif dan antisipatif/proactive memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (Ulet, inovatif, gigih, dan berani mengambil resiko,) bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah. Berdasarkan hal diatas, kepala sekolah yang mepunyai jiwa kewirausahaan harus mempunyai kemandirian yang tinggi, ulet, innovative, dan berani memanfaatkan peluang walaupun beresiko.
Menurut instrument kinerja sekolah kabupaten Lamongan (2004:34-36), kepala sekolah harus mempunyai kemampuan untuk :
1. Memanfatkan dan menciptakan peluang,
2. Mengembangkan dana dari berbagai sumber untuk menunjang operasional sekolah. Berdasarkan hal itu, kepala sekolah harus menyusun program kewirausahaan sesuai peluang yang ada dalam penyususnan program tersebut kepala sekolah harus melibatkan para guru dan komite sekolah sebab dengan adanya kerjasma tersebut, peluang keberhasilan akan lebih tinggi.
6. Kepala Sekolah Sebagai Motivator.
Peran motivator tidak kalah pentingnya dengan yang lain, sebab siapa yang mampu memberi inovator kepada orang lain, semua pekerjaan walaupun berat akan teratasinya oleh sebab itu, kepala sekolah harus mampu memberi motivasi kepada para guru, tenaga pendidikan lainnya, termasuk anggota komite sekolah.
7. Kepala Sekolah Sebagai Educator.
Sesorang menjadi kepala sekolah hanya sebagai tugas tambahan karena tugas utamanya sebagai guru di kelas, kepala sekolah harus membuat program pembelajaran di kelas. Menurut Instrumen kinerja sekolah kabupaten Lamongan (2004:1), kepala sekolah sebagai educator harus:
1. Menyusun program yang diantaranya menyusun AMP, RPE, PROTA, PROSEM, PSP, RP,
2. Melaksanakan program, yang diantaranya harus dibuktikan dengan jurnal pembelajaran. Daftar hadir siswa; catatan tugas siswa. Dan buku bimbingan.
3. Melaksnakan evaluasi, yang didalamnya harus membuat kisi-kisi, kartu soal, soal, kunci jawaban penilaian dan nilai,
4. Melakukan analisis yang berupa analisis butir soal dan analisis hasil ulangan
5. Pengayaan perbaikan dan pengayaan yang berupa penyusunan program perbaikan dan pengayaan pelaksanaan perbaikan; dan pengayaan dan melaporkan hasil pengayaan.

C. Supervisi Edukatif
Supervisi merupakan salah satu tugas kepala sekolah yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan dari aspek yang di supervisi dan orang yang melakukan supervisi. Aspek yang di supervisi bisa berupa administrasi dan edukatif. Orang yang meakukan supervisi adalah pengawas kepala sekolah dan instruktur mata pelajaran. Adapun orang yang di supervisi bisa kepala sekolah, Guru Mata Pelajaran, guru pembimbing, tenaga edukatif yang lain tenaga administrasi dan siswa.
Supervisi edukatif merupakan supervisi yang di arahkan pada kurikulum pembelajaran proses belajar mengajar, pelksanaan bimbingan, dan konseling. Supervisi ini bisa dilakukan oleh pengawas kepala sekolah, maupun guru senior yang pernah menjadi intruktur mata pelajaran. Menurut Ditjen Ditmenum (1994:15), pelaksanaan supervisi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1. Wawancara
2. Observasi.
Jika supervisi dilakukan pengawas kepada kepala sekolah, pengawas bisa melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah yang berkaitan dengan kelengkapan dokumen kurikulum termasuk GBPP, buku paket, dan buku penunjang. Hal ini dapat juga diarahkan pada pemahaman kepala sekolah terhadap GBPP, persiapan mengajar kegiatan belajar mengajar, berbagai penyajian, penilaian dan bimbingan dan konseling. Selain itu, pengawasa bisa bertanya tentang pemenfaatan Sar prais, pembagian tugas guru dalam PBM, penilaian kepala sekolah terhadap guru dalam rangka pelaksanaan tugas pengaturan penilaian siswa, dan pengaturan pelaksanaan BK.
Selain wawancara, pengawasdan/ atau kepala sekolah dapat melaksanakan observasi kepada guru dalam proses belajar mengajar atau dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam melaksanakan observasi, pengawas atau kepala sekolah dapat memilih satu atau beberapa kelas serta mengamati kegiatan guru dan layanan bimbingan. Menurut Ditjen Ditmenum (1994:16), observasi tersebut bisa berupa:
1. Observasi kegiatan belajar mengajar, meliputi:
a. Persiapan mengajar
b. Pelaksanaan satuan pengajaran didalam kelas.dan
c. Pelaksanaan penilaian,
2. Observasi kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi:
a. Program kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
b. Pelaksanaan bimbingan dan konselin di sekolah.
c. Kelengkapan administrasi / perlengkapan bimbingan dan konseling
d. Penilaian dan laporan

Selain diatas, supervisor harus melakukan observsi dan wawancara sekaligus yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas . menurut Ditjen Ditmenum (1994:17) yang termasuk PBM yaitu:
1. Persiapan mengajar yang terdiri atas
a. Membuat program tahunan
b. Membuat program semester
c. Membuat Rencana Paksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Melaksanakan PBM yang terdiri atas:
a. Pendahuluan;
b. Penegembangan;
c. Penyerapan;
d. penutup
3. Penilaian yang didalamnya:
a. Memiliki kumpulan soal dan
b. Analisis hasil belajar

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “kinerja guru dalam pembelajaran di kelas akan meningkat jika supervisi educative dilaksanakan dengan sistematis dan proaktif”










BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu, pada tahun pelajaran 2007/2008. Dilaksanakan pada tahun itu karena terilhami dengan penelitian penelitian guru yang telah mengikuti seleksi kepala sekolah. Pada tahun itu banyak hasil penelitian yang kurang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan.
Peneliti mengambil tempat penelitian di SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu karena di tempat itu bekerja dan di dalamnya beragam gurunya. guru-guru di sekolah tersebut dalamnya beragam ada yang GTT, GB, PNS, dan ijazahnyapun beragam ada yang dari diploma, S1, dan Pasca Sarjana.
Waktu penelitian adalah pada tahun pelajaran 2007/2008, selama penelitian tersebut, peneliti mengumpulkan data awal, menyusun program supervisi, pelaksanaan supervisi analisis, dan tindak lanjut.

B. Faktor Yang Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan, ada beberapa faktor yang di selidiki antara lain:
1. Guru, melihat peningkatan kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindakan lanjut hasil penelitian dan dalam penelitian tindakan.
2. Pembelajaran, memperhatikan keefektifan pembelajaran di kelas yang dikelola oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.
3. Siswa, memperhatikan motivasi belajar siswa, hasil belajar yang dilihat, dan hasil Ujian Akhir Nasional, khusus pelajaran B. Indonesia, B Inggris, dan Matematika.
4. Supervisor, memperhatikan tindakan supervisor selama melakukan supervisi edukatif.

C. Prosedur Penelitian
Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan, pelaksanaannya secara siklus. Pelaksanaannya selama dua siklus. Siklus-siklus tersebut merupakan rangkaian yang saling berkelanjutan . Maksudnya, siklus II merupakan lanjutan dari siklus I, setiap siklusnya selalu ada persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, pemantauan, evaluasi, dan refleksi. Gambaran tindakan itu sebagai berikut:
1. Gambaran pelaksanaan siklius I
a. Persiapan tindakan
Siklus pertama dilaksnakan selama satu semester, yaitu semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007 dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data awal diambil dari daftar keadaan guru, untuk mengetahui pendidikan terakhir, pelatihan yang pernah di ikuti guru, dan lamanya guru bertugas. Data awal kerja guru dan efektivitas pembelajaran dilahat dari supervisi kunjungan kelas masing-masing guru sebelum dilaksanakan penelitian.
2. Mengadakan pertemuan guru-guru sebagai mitra penelitian membahas langkah-langkah pemecahan maslah pembelajaran dari aspek guru dan supervisor.
3. Merumuskan langkah-langkah tindakan yang akan dilaksnakan pada Siklus I.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh peneliti dan supervisor selama belajar mengajar berlangsung dengan tindakan sebagai berikut:
1. Mengadakan penelitian guru selama membuat program pembelajaran melalui workshop sekolah.
2. Melaksnakan supervisi Edukatif selama pembelajaran secara periodik dengan system kolaboratif.
3. Pemberian reward dari kegiatan kegiatan dalam bentuk penilaian angka kredit jabatan fungsional guru sebagai syarat kenaikan pangkat.
c. Pemantauan dan evaluasi
Pada prinsipnya, pemantauan dilaksnakan selama penelitian berlangsung dengan sasaran utama untuk melihat peningkatan kemampuan guru serta efektivitas pembelajaran yang dilaksnakan oleh guru serta tindakan-tindakan supervisor dalam mensupervisi guru tersebut.
Adapun instrument yang digunakan untuk memantau tindakan guru dalam pembelajaran dan supervisor dalam mensupervisi berupa:
1. Professional, guru yang mempunyai komitmen tinggi dan mempunyai kemampuan berpikir tinggi.
2. Analitis, guru yang memiliki kemampuan berfikir tinggi tetapi komitmennya rendah.
3. Tindakan terfokus atau bingung, guru yang mempunyai komitmen tinggi tetapi kemampuan berpikirnya rendah.
4. Gagal, guru memiliki komitmen rendah, dan kemampuan berpikirnyapun rendah.
5. Tindakan supervisor sebelum pelaksnaan supervisi ;
6. Tindakan supervisor selama pelaksanaan supervisi;
7. Tindakan supervisor setelah pelaksnaan supervisi
8. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan yang meliputi analisis, sintesis, memaknai, menerangkan, dan akhirnya menyimpulkan semua informasi yang diperoleh pada saat persiapan dan tindakan. Hasil refleksi di manfaatkan untuk memperbaiki ada siklus berikutnya. Guru, peneliti, dan supervisor pada tahap ini mendiskusikan perencanaan proses tindakan yang dilakukan berdasarakan hasil pengamatan selama guru menyusun rencana pembelajaran melaksnakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, melaksnakan tindak lanjut hasil penilaian hasil prestasi belajar siswa dan supervisor melakukan tindakan. Hal yang didiskusikan meliputi:
a. Kesesuaian pembelajaran dengan perencanaan
b. Materi yang digunakan pembelajaran.
c. Evaluasi pembelajaran;
d. Kesesuaian tindakan guru dengan format supervisi
e. Tindakan lanjut supervisor dengan guru.
2. Gambaran siklus II
Siklus II dilaksanakan selama satu semester yakni semester genap tahun pelajaran 2007/2008 dan meripakan kelanjutan serta perbaikan dari siklus I. Kegiatan siklus II didasarkan pada hasil siklus I dengan rangkaian:
a. Persiapan tindakan;
b. Pelaksanaan tindakan.
c. Pemantauan dengan evaluasi;
d. Refleksi.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpuklan data pada penelitian ini terdiri atas empat kegiatan pokok yakni pengumpulan dan awal, data hasil analisis setiap akhir siklus, serata tanggapan lain dari guru terhadap pelaksanaan supervisi edukatif model kolaboratif

E. Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku guru dalam pembelajaran dan perilaku supervisor dalam melaksanakan supervisi guru. Adapun analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kebrhasilan guru dan siswa berdasarkan setandar kompetensi guru yang telah di tetapkan oleh Depdiknas Sebagai berikut.

a. Nilai 91- 100 = amat baik (A) berhasil
b. Nilai 76 – 90 = baik ( B ) berhasil
c. Nilai 55 – 75 = Cukup (C) Cukup
d. Nilai 0 – 54 = kurang (D) belum berhasil

F. Indikator Kinerja
Keseluruhan data yang terkumpul, selanjutnya di pergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut.
1. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran.
2. Terjadinya peningkatan kinerja guru dalam melaksnakan pembelajaran;
3. Terjadinya peningkatan kinerja guru dalam menilai prestasi belajar siswa;
4. Terjadinya peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian belajar siswa.
5. Terjadinya pembelajaran efektif yang mapu memotifasi belajar siswa dengan meningkatnya hasil belajar, siswa terutama nilai Ujian Akhir Sekolah (Nilai UAS).










BAB IV
DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Hasil Dan Temuan Siklus I
Berdasarkan pementauan selama persiapan pelaksanaan dan tindak lanjut penelitian tindakan ini diperoleh berbagai data, baik dari guru yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar siswa yang belajar maupun supervisor yang sedang melaksanakan supervisinya. Gambaran yang merupakan hasil dan temuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan supervisi siklus I
Supervisor bersama guru membuat perencanaan yang berkaitan dengan pembuatan instrument penelitian. Instrument tersebut dibuat berdasarkan indicator yang dibuat oleh departemen pendidikan nasional dengan pemantauannya sebagai berikut.
Pembuatan format penilaian pra KBM sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran
b. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditemukan.
c. Mengoorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok
d. Mengalokasikan waktu.
e. Menetukan metode pembelajaran yang sesuai.
f. Merancang prosedur pembelajaran
g. Menetukan media pembelajaran/peralatan praktikum dan bahan yang akan digunakan.
h. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program computer dan sejenisnya).
i. Menentukan teknik penilaian. Berdasarkan instrument tersebut guru akhirnya membuat perencanaan pembelajaran yang alurnya sama dengan instrument supervisi. Berdasarkan data yang dikumpulkan, ternyata hamper semua guru dapat mebuat perencanaan tersebut, tetapi hasilnya jika kita ukur dengan indicator yang telah di tetapkan masih ada yang kurang hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
2. Pelaksanaan supervisi siklus I
Instrument penelitian yang digunakan berupa instrument yang sesuai dengan indicator yang dibuat oleh Depdiknas yakni sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai.
b. Menjajikan materi pelajaran secara otomatis.
c. Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan.
d. Mengatur kegiatan siswa di kelas
e. Mengguanakan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang telah ditentukan.
f. Mengguanakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa Buku, modul, program komputer dan sejenisnya)
g. Memotifasi siswa dengan berbagai cara yang positif.
h. Melakukan interaksi dengan siswa dengan mengguanakan bahasa yang komunikatif.
i. Memberikan pertanyaan dan umpan balik untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar.
j. Menyimpulkan pembelajaran.
k. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Gambaran guru dalam melaksanakan PBM berdasarkan indicator yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 2
3. Penilaian supervisi siklus I
Instrument penilaian yang digunakan dalam penelitian tindakan, berupa instrument yang sesuai dengan indicator yang dibuat oleh Depdiknas, yakni sebagai berikut:
a. Menyusun soal/perangkat penilaian sesuai dengan indicator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian.
c. Memeriksa jawaban/memberikan sekor tes hasil belajar berdasarkan indicator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan.
d. Menilai hasil belajar
e. Mengolah hasil penilaian
f. Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reabilitas).
g. Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya: interpretasi kecenderungan hasil penilaian tingkat pencapaian siswa dll).
h. Menyusun laporan hasil, penilaian
i. Memperbaiki soal/perangkat penilaian.
Adapun data yang diperoleh pada bagian penilaian penelitian tindakan tersebut dapat dilihat pada tabel 3
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian siklus I
kegiatan ini dilaksnakan oleh guru pada bagian terakhir setelah melaksanakan penilaian dengan tujuan menganalisis program penilaian dan perbaikan hasil penilaian adapun instrument yang digunakan untuk menjaring data berupa indicator yang dibuat oleh Depdiknas (2004:12), yaitu sbb:
a. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
b. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
c. Melaksanakan tindak lanjut
d. Mengevaluasi hasil tindak lanjut hasil penilaian.
e. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti, dapat dilihat pada tabel 4
5. Tindakan supervisor Siklus I
Tindakan supervisor pada pelaksnaan supervisi siklus pertama sebagai berikut:
a. supervisor memberikan indicator yang harus dicapai pada saat persiapan, pelaksanaan, dan penilaian seminggu sebelum pelaksanaan supervisi,
b. supervisor menyuruh guru mengisi format penilaian serta membuat perencanaan kembali kegiatan berikut yang akan di supervise

6. Refleksi Siklus I
a. Refleksi perencanaan supervisi siklus I
Setelah dilaksanakan diskusi dengan guru mata pelajaran dan supervisor, peneliti menulis hasil refleksi sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran 28 guru dengan prosentasi 90%. Berdasarkan data tersebut, kegiatan guru sudah sangat baik. Kegiatan seperti itu dipertahankan tetapi ada beberapa guru yang perlu dimotivasi.
2. Menentukan materisesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan sebanyak 30 guru dengan prosentasi 97% berdasarkan data itu kegiatan guru tersebut dipertahankan.
3. Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok sebanyak 21 guru dengan prosentasi 68% pada bagian ini guru perlu diberi bimbingan lagi tentang bagaimana mengorganisasikan materi berdasarkan urutannya. Guru diberi contoh pembelajaran berdasarkan pembelajaran CTL dan CL
4. Mengalokasikan waktu sebanyak 31 guru dengan prosentasi 100%. Kegiatan pada bagian ini dipertahankan yakni menentukan alokasi waktu melalui work shop guru mata pelajaran di sekolah dengan dipandu guru senior.
5. Menetukan metode pembelajaran yang sesuai sebanyak 18 guru dengan prosentasi 58%. Berdasarkan catatan dan hasil pelaksanaan ternyata pada bagian ini guru perlu di berikan bimbingan dan pengarahan secara berdiskusi dengan supervisor dan guru senior untuk menetapkan metoda yang berkaiyan dengan kontektual.
6. Merancang prosedur pembelajaran sebanyak 7 guru dengan prosentasi 70 %. Pada penetuan prosedur sangat berkaitan dengan metode pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu ada perbaikan di bidang ini. Guru masih terpancang dengan prosedur prosedur yang sifatnya mengancam siswa jika kurang mampu atau melanggar pembelajaran.
7. Menetukan media pembelajaran atau peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan sebanyak 7 guru dengan prosentase 70 %. Guru pada bagian ini masih terfokus pada media yang di beri atau dibuat oleh perusahaan padahal di sekitar kelas banyak media alami yang isa digunaka sebagai media bagian ini, masih perlu diperbaiki.
8. Menetukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program computer dan sejenisnya) sebanyak 9 guru dengan prosentase 90 %.
9. Menetukan teknik penilaian sebanyak 4 guru dengan prosentase 40 %. Teknik-teknik yang dibuat guru dalam menyusun penilaian masih kurang beragam. Guru masih terfokus pada teknik tradisional yakni penilaian hasil saja padahal kita juga perlu penilaian proses.
b. Refleksi pelaksanaan supervisi siklus I
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru, peneliti, dan supervisor sebagai berikut:
1. Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai. Guru rata-rata sudah mampu mengajar dengan metode yang tepat. Guru yang dianggap mampu membuka pelajaran dengan tepat sebanyak 8 orang atau dengan prosentase 80%. Berdasarkan prosentase diatas, guru perlu mempertahankan cara tersebut. Adapun 6 guru yang belum sesuai perlu diajak diskusi bersama dengan supervisor dan guru senior.
2. Menjajikan materi pelajaran. Dalam menyajikan materi pelajaran guru rata-rata sudah baik dan berdasarkan pengamatan ada guru yang di katagorikan baik jika hal itu di persentasekan, sudah mencapai 60%. Guru dalam menyajikan materi perlu ada persiapan karena sebagian guru masih kurang menguasai materi yang diberikan akibatnya murid sulit memahaminya.
3. Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan berjumlah 6 Guru dengan prosentase 60 %. Guru dalam menggunakan metode masih terfokus pada metode tradisional. Secara otomatis dalam pelaksanaannya guru seakan mentransfer ilmunya sebagai perbaikan, guru yang masih belum paham dalam memggunakan metode pembelajaran modern diwajibkan membaca buku-buku yang berkaitan metode pembelajaran modern, terutama buku CTL dan diberi contioh penbelajaran modern.
4. Mengatur kegiatan siswa dikelas berjumlah 9 guru dengan prosentase 90 %. Berdasarkan data tersebut, guru sudah banyak yang mampu mengelola kelas. Guru yang belum berhasil mengelola kelas dengan baik diajak diskusi pada pasca supervisi.
5. Menggunakan media pembelajaran atau peralatan prktikum (dan bahan) yang telah ditentukan berjumlah 5 Guru dengan prosentase 50 %. Guru masih jarang mengguanakan alat-alat yang bisa menguatkan pembelajaran.hal itu diksrenakan belum paham pembelajaran CTL.
6. Mengguanakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya) berjumlah 10 guru dengan prosentasi 100 %. Pada bagian ini guru sudah tidak masalah lagi. Namun kepala sekolah supervisor harus terus memotivasi guru-guru tersebut.
7. Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif, berjumlah 27 guru dengan prosentase 90%. Guru sudah banyak yang memotivasi siswa yang jarang memberi motivasi pada siswa rata-rata guru senior. Hal ini terjadi kerna masih terpengaruh pada pendidikan lama. Guru seperti itu perlu diajak diskusi tentang keunggulan memberi motivasi pada siswa.
8. Melakukan interaksi dengan siswa mengguanakan bahasa yang komunikatif berjumlah 9 guru dengan prosentase 90 %. Ada tiga guru yang masih mengguanakan bahasa yang sulit dipahami siswa. Hal itu terjadi pada guru junior.
9. Memberikan pertanyaan dan umpan balik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memerlukan penerimaan siswa dalam proses belajar berjmlah 5 guru dengan prosentase 50%. Guru masih jarang memberiakan umpan balaik pada siswa rata-rata hanya mengerjakan soal di LKS sampai waktunya habis. Untuk mengatasi hal tersebut guru disuruh merencanakan penyajian materi dengan memperhatikan waktu yang digunakan.
10. Menyimpulkan pembelajaran berjumlah 6 guru dengan prosentase 60%. Guru masih banyak yang belum menyimpilkan pembelajaran hal ini terjadi karena waktunya habis diguanakan menegrjakan LKS saja. Untuk itu perlu disesuaikan soal soal yang di kerjakan dalam LKS itu.
11. Mengguanakan waktu secara efektif dan efisien berjumlah 5 guru dengan prosentase 50% guru kurang efektif dalam mengguanakan waktu pembelajaran jika dikaitkan dengan langkah langkah yang ada dalam indicator tersebut, Karena waktunya hanya tersita pada pekerjaan LKS saja untuk itu, perlu direncanakan dengan baik.
c. Refleksi penilaian supervisi siklus I
Hasil refleksi pada bagian penialaian supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan gur, penelitian, dan supervisor adalah sebagai berikut:
1. Menyusun soal/ perangkat penilaian sesuai dengan indicator/ criteria unjuk kerja yang telah ditentukan berjumlah 9 guru dengan prosentase 90 %. Masih ada beberapa guru yang belum mampu menyusun soal penilaian karena masih tidak sesuai dengan indikatornya. Berdasarkan pengamatan / analisis, ternyata guru tersebut belum aham betul ada kata kerja yang ada dalam indicator tersebut. Oleh sebab itu, guru-guru iti masih perlu belajar bersama tenyang indicator tersebut.
2. Melaksanakan penilaian berjumlah 9 guru dengan prosentase 90 %. Masih ada guru yang membiarkan siswanya membuka buku-buku dalam ulangan tersebut. Hal seperti ini akan merugikan anak bahkan, penilaian itu tidak bisa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Guru seperti ini perlu di beri bimbingan secara khusus tentang pentingnya penilaian.
3. Memeriksa jawaban / memberikan sekor test hasil belajar berdasarkan indicator/ criteria unjuk kerja. Yang telah ditentukan berjumlah 7 guru dengan prosentase 70 %. Guru yang belum mampu memberikan sekor rata- rata guru junior yang belum pernah mengikuti pelatihan. Sekor dianggap sama denagn bobot. Untuk mengatasi hal tersebut guru tersebut diikutkan MGMP kabupaten atau di beri bimbingan secara khusus
4. Menilai hasil belajar siswa berjumlah 10 guru dengan prosentase 100%. Semua guru sudah mampu pada indicator ini.
5. Mengolah hasil penilaian berjumlah 18 guru dengan prosentasi 60%. Guru yang belum mampu mengolah nilai sebagian besar sama dengan guru yang tidak paham pada penyekoran pembobotan nilai.
6. Menganalisa hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, tingkat pembeda, validitas dan reliabilitas berjumlah 7 guru dengan prosentase 70% guru yang tidak bisa menganalisa soal, rata-rata guru yang enggan menganalisis atau tidak mau menganalisis sehingga lupa cara menganalisis. Untuk menghadapi seperti itu, sekolah perlu mengadakan Workshop disekolah.
7. Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya: interprestasi kecenderungan hasil penilaian, tingkat pencapaian siswa, dll). Berjumlah 7 guru dengan prosentase 70 %, karena tidak bis menganalisis butir soal. Guru tersebut tidak bisa menyimpulkan penilaian secara logis dan jelas . untuk mengatasi hal itu, guru tersebut diajak diskusi atau diajak disuruh mengikuti Workshop disekolah
8. Menyusun laporan hasil penilaian berjumlah 10 guru dengan prosentase 100%. Guru yang tidak bisa melaporkan hasil penilaian rata-rata guru malas melakukan laporan. Karena seperti itu kepala sekolah harus memotivasi terhadap guru bahwa betapa pentingnya membuat laporan penilaian.



9. Memperbaiki perangkat soal penilaian berjumlah 10 guru dengan prosentase 100 %. Guru yang tidak mampu memperbaiki soal yang jelek rata rata guru yang kurang paham erhadap indicator dalam kisi kisi penilaian. Untuk mengatasi hal tersebut guru diajak berdiskusi atau kerja kelompok.
d. Refleksi pelaksanaan tindak lanjut penilaian siklus I
Refleksi pada bagian tondak lanjut ini dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan supervisor, dan dianalisis lalu dicarikan solusinya, hasil solusinya adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian berjumlah 6 guru dengan prosentase 60%. Pada bagian ini masih banyak guru yang belum mampu mengidentifikasikan kebutuhan tindak lanjut. Oleh sebab itu pada siklus berikutnya guru diajak berdiskusi betapa pentingnya pelaksanaan tindak lanjut tersebut.
2. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian berjumlah 7 guru dengan prosentase 70 %. Guru yang belum mampu menyusun program penilaian tindak lanjut perlu dilaksanakan program workshop sekolah atau dengan dibimbing oleh supervisor/ guru senior, guru tersebut harus menyusun program tindak lanjut.
3. Melaksanakan tindak lanjut berjumlah 5 orang dengan prosentase 50 % karena banyak guru yang belum menyusun program, pelaksanaannyapun masih sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut, supervisor / guru senior, memotivasi pada guru tersebut supaya melaksanakan tindak lanjut.
4. Mengevaluasi hasil tindak lanjut hasil penilaian, berjumlah 5 orang. Dengan prosentase 50%. Pelaksanaan ini belum dilakukan guru, karena belum bisa membuat program. Hal ini berarti kepala sekolah atau supervisor perlu memotivasi guru tersebut.
5. Menganalisi hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian berjumlah 4 orang guru dengan prosentase 40% hasil yang dilakukan oleh guru masih sedikit. Untuk meningkatkan guru SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu agar mau menganalisis, kepala sekolah/ guru senior/lalu memotivasi guru tersebut.
e. Refleksi tindakan supervisor
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supevisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru, peneliti, supervisor, adalah sebagai berikut:
1. Supervisor memberikan indicator yang harus dicapai pada saat persiapan, pelaksanaan dan penilaian seminggu sebelum pelaksanaan supervisi.
2. Supervisor menyuruh guru untuk mengisi format penilaian yang ingin di capai, yaitu satu minggu sebelum pelaksanaan supervisi.
3. Supervisor mendiskusikan persiapan dengan guru yang akan di supervisi.
4. Supervisor mengamati guru pada saat supervisi.
5. Supervisor berdiskusi dengan guru setelah melaksanakan supervisi.
6. Guru dan supervisor membuat perencanaan kenbali kegiatan berikutnya yang akan di supervisi.
7. Hasil pelaksanaan siklus I
Hasil siklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel I
Hasil Penentuan Perencanaan Siklus I
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keberhasilan
1
2
3

4
5
6
7
8

9 Mendiskripsikan tujuan pembelajaran
Menentukan materi sesua dengan materi
Mengorganisasikan materi berdasarka urutan atau kelompok
Mengalokasikan waktu
Menentukan metode pembelajaran
Merancang prosedur perencanaan
Menentukan media pembelajaran
Menentukan sumber belajar yang sesuai ( berupa modul, buku computer dan sejenisnya)
Menentukan teknis penilaian yang sesuai 10
10
10

10
10
10
10
10

10 9
9
7

10
6
7
7
9

4 90
90
70

100
60
70
70
90

40
Jumlah keberhasilan 10 68 76

Tabel 2
Hasil Melaksanakan Pembelajaran Tindakan Siklus I
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keber
hasilan
1
2
3

4
5
6
7
8

9
10
11 Membuka pelajaran dengan metoda yang tepat
Menyajikan materi pelajaran secara sistematik
Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah di tentukan
Mengatur kegiatan siwa di kelas
Menentukan media pembelajaran
Menggunakan sumber belajar
Memotivasi siswa dengan cara yang positif
Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif
Memberikan pertanyaan dan umpan balik
Menyimpulkan pembelajaran
Menggunakan waktu secara efektif 10
10
10

10
10
10
10
10

10
10
10 8
6
6

9
5
10
9
9

5
6
5 80
60
60

90
50
100
90
90

50
60
50
Jumlah keberhasilan 10 68 76

Tabel 3
Hasil Menilai Prestasi Belajar Siklus I
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keber
Ha
silan
1
2
3
4
5
6
7
8
9 Menyusun soal perangkat penilaian
Melaksanakan penilaian
Memeriksa jawaban/ memberi skor
Menilai hasil belajar
Mengolah hasil belajar
Menganalisis hasil belajar
Menyimpulkan hasil belajar
Menyusun laporan hasil belajar
Memperbaiki soal perangkat penilaian 10
10
10
10
10
10
10
10
10 9
9
7
10
6
7
7
10
10 90
90
70
100
60
70
70
100
100
Jumlah keberhasilan 10 68 76
Tabel 4
Hasil Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Siklus I
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keber
hasilan
1

2
3
4
5 Mengidentifikasikan kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
Menyusun program tindak lanjut
Melaksanakan tindak lajut
Mengevaluasi hasil tindak lanjut penilaian
Menganalisi hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian 10

10
10
10
10
6

7
5
5
4 60

70
50
50
40
Jumlah keberhasilan 10 27 54



Grafik presentasi keberhasilan siklus I



Berdasarkan deskripsi dan refleksi diatas, peneiti, guru, dan supervisor melakukan tindak lanjut yang berkaitan dengan tindakan tindakan yang perlu dilakukan pada siklus II baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian.
a. Tindaklanjut perencanaan supervisis siklus I
Guru yang disupervisi dan guru senior dibantu oleh supervisor membuat perencanaan pembelajaran yang kriterianya berdasarkan pada indicator yang telah dibuat oleh Ditjen Ditmenum dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Memperjelas tujuan pembelajaran yang ada dalam GBPP/ kurikulum yang berlaku dengan membuat tujuan khusus pembelajaran.
2. Materi pembelajaran dibuat sesederhana mungkin dan urut dari yang sederhana ke yang sulit. Materi itu di tulis dalam RPP guru.
3. Menentukan pembagian alokasi waktu secara sepesifik dan berdasarkan pada langkah langkah pembelajaran dan metodenya.
4. Menentukan media pembelajaran secara kontekstual dan berdasarkan pada materi yang dipelajari siswa.
5. Teknik penilaian didasarkan pada keterampilan atau materi yang diberikan.
b. Tindak lanjut pelaksanaan supervisi siklus I
Pada siklus I pelaksanaan supervisi dipokuskan pada kerjasama dalam pembelajaran dikelas. Guru senior atau guru yang sudah mapu membantu pada guru yunior atau guru yang belum mampu dalam pelaksanaan pembelaran.
Contoh contoh pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru yang belum mampu tersebut, terutama melakukan hal-hal berikut
1. Guru senior atau guru yang sudah mampu melakukan pembelajaran member contoh pada guru junior/ guru yang belum mampu dalam membuka pelajaran dengan cara persepsi dan menggali skemata siswa yang berkaitan dengan materi sebelumnya.
2. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang dibuat bersama dengan memperhatikan langkah-langkah yang ada dalam RPP.
3. Penggunaan media dipokuskan pada benda-benda yang ada dilingkungan sekolah dan disesuaikan dengan materi yang dipelajari siswa
4. Guru membagi papan tulis menjadi 3 bagian, yakni bagian pertama digunakan untk menulis tujuan yang ingin di capai. Bagian kedua untuk Tanya jawab atau tulisan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Bagian ketiga digunakan untuk kesimpulan.
c. Tindak lanjut penilaian pembelajaran siklus I
Pada bagian penilaian ini guru berdiskusi dengan guru lain untuk menentukan penilaian yang cocok untuk pokok bahasan atau KD yang akan disampaikan pada siswa. Hal perlu dilaksanakan sebagai perbaikan siklus I adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan kisi-kisi ulangan dititikberatkan pada ulangan uraian objektiv dan satu uraian non objektif.
2. Pelaksanaan penilaian dikelompokan menjadi 2, yakni dalam proses yang soalnya berupa pertanyaan yang di jawab secara langsung oleh siswa, dan kedua soal soal yang dibuat untuk dikerjakan setelah proses pembelajaran.
3. Guru selalu mendiskusikan dengan teman guru atau dengan supevisor untuk menetukan sekor, bobot analisis butir soal dan perbaikan soal, menyimpilkan hasil, dan elaporkan hasil penilaian.
d. Pelaksanaan tindak lanjut penilaian siklus I
Pada bagian penilaian ini guru berdiskusi dengan guru lain untuk menentukan tindak lanjut penilaian karena banyak bagian yang belum dipahami guru SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu untuk itu ada beberapa rekomendasi yang perlu di tindak lanjuti pada siklus II yaitu :
Para guru SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu perlu Workshop tentang tindak lanjut penilaian, untuk membicarakan:
a. Identifikasi tindak lanjut hasil penilaian
b. Menyusun program tindak lanjut
c. Melaksanakan tindak lanjut
d. Mengevaluasi hasil tindak lanjut
e. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian

B. Hasil Dan Temuan Siklus
Siklus II dilaksanakan berdasarkan temuan siklus I. Bagian yang sudah baik dipertahankan bagi yang presentase yang keberhasilannya kecil perlu diperbaiki pada siklus II ini. Berdasarkan refleksi dan pelaksanaan tindak lanjut siklus I gambaran hasil dan temuan yang perlu ditindaklanjuti adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan supervisi siklus II
Guru berdiskusi dengan guru senior dan dibantu supervisor sekolah untuk merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran .tujuan itu bersumber pada KD/indicator atau pokok bahasan dan indicator kompetensi guru yang telah dirumuskan oleh Ditjen Ditmenum. Hasil pembuatan kerangka tersebut dipahami bersama sebelum diberikan pada siswa.
Pebuatan format penilaian pra KBM sebagai berikut:
a. Mendiskripsikan tujuan pembelajaran yang dimlulai dari penentuan KD / pokok bahasan indicator sampai pada tujuan khusus pembelajaran.
b. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah di tentukan dengan cara mengelompokan materi yang berupa fakta, konsep, prinsif dan prosedur.
c. Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok.
d. Mengalokasikan waktu
e. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai dan di arahkan pada pembelajaran CTL dan CL.
f. Merancang prosedur pembelajaran.
g. Menentukan media pembelajaran/ peralatan peraktikum (bahan yang akan digunakan).
h. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa Buku, modul program computer dll).
i. Menentukan teknik penilaian.
Berdasarkan hasil yang dicapai ternyata hamper semua guru dapat , membuat perencanaan seperti terlihat pada tabel 5.
2. Pelaksanaan supervisi siklus II
Intrumen penelitian pada siklus II tetap menggunakan instrument yang dibuat oleh pemerintah. Menurut Ditjen (2004:10) instrument tersebut berisi indicator sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai.
b. Menjajikan materi pembelajaran secara otomatis
c. Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah di tentukn
d. Mengatur kegiatan siswa di kelas
e. Menggunakan media pembelajaran /peralatan praktikum (dan bahan) yang telah di tentukan
f. Mengguanakan sumber belajar yang dipilih (berupa buku, modul program computer dan sejenisnya).
g. Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang fositif.
h. Melakukan interaksi dengan siswa dengan mengunakan bahasa yang komunikatif
i. Memberikan pertanyaan umpan balik, yaitu untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar
j. Menyimpulkan pembelajaran
k. Menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil pengumpulan data secara langsung pada saat supervisi guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6.


3. Penilaian supervisi siklus II
Pada siklus II instrument yang digunakan berdasarkan Ditjen (2004:11), yaitu Sbb:
a. Menyusun soal /perangkat penilaian sesuai dengan indicator/ criteria unjuk kerja yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penlaian
c. Memeriksa jawaban/memberikan sekor tes hasil belajar berdasarka indicator/criteria unjuk kerja yang telah ditentukan
d. Mengolah hasil penilaian
e. Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran daya pembeda, validitas dan reabilitas).
f. Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya: interpretasi kecenderungan hasil penilaian tingkat pencapaian siswa dll).
g. Menyusun laporan hasil penilaian.
h. Memperbaiki soal / perangkat penilaian.
Hasil yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 7.
4. Tindak lanjut hasil penilaian siklus II
Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru pada bagian terakhir setelah melaksanakan penilaian dengan tujuan menganalisis program penilaian dan perbaikan hasil penilaian. Adapun intrumen yang digunakan Ditjen Ditmenum (2004:12); sbb
a. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian.
b. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
c. Melaksanakan tindak lanjut
d. Mengevaluasi hasil tindak lanjut hasil penilaian
e. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan data yang dikumpulkan supervisor guru SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu dalam melaksanakan tindak lanjut penilaian seperti terlihat pada tabel 8.


5. Tindakan supervisor siklus II
Tindakan supervisor pada pelaksanaan supervisi siklus I sebagai berikut
1. Supervisor memberikan indicator yang harus di capai pada saat persiapan, pelaksanaan, dan penilaian seminggu sebelum pelaksanaan supervisi. Guru yang disupervisi diajak berdiskusi tentang format tersebut.
2. Supervisor menyuruh guru mengisi format penilaian yang ingin dicapai, satu minggu sebelum pelaksanaan supervisi dilaksanakan.
3. Supervisor mendiskusikan persiapan dengan guru yang akan di supervisi.
4. Supervisor mengamati guru pada saat supervisi dengan cara berkolaborasi secara langsung dalam PBM.
5. Supervisor berdiskusi dengan guru setelah melaksanakan supervisi
6. Guru dan supervisor menganalisis hasil belajar siswa dan menbuat laporan bersama tentang pembelajaran.
7. Guru dan supervisor menganalisis program yang telah dibuat untuk diperbaiki jika kurang sesuai.
6. Refleksi siklus II
a. Repleksi perencanaan supervisi siklus II
Setelah dilaksanakan diskusi dengan guru mata pelajaran dengan supervisor, peneliti menulis hasil refleksi sebagai berikut
1. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran 10 guru dengan prosentasi 100%. Berdasarkan data tersebut, sudah mampu mendeskripsikan tujuan pembelajaran. Untuk itu, model seperti ini tetap dipertahankan.
2. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan sebanyak 10 guru denga prosentase 100%. Ternyata guru sudah mampu menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensinya. Guru lebih mudah menjalakan tugasnya jika supervisi edukatif dilakukan secara kolaboratif dengan supervisor.


3. Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok sebanyak 8 Guru dengan prosentase 80%. Pada bagian ini guru yang mampu mengorganisasikan materi baik berupa materi konsep prinsif, prosedur maupun fakta. Ada 6 guru yang sekornya masih dibawah 75%. Untuk mempoerbaiki keenam guru itu perlu dilakukan diskusi kemablii dengan ke 6 guru tersebut.
4. Mengalokasikan waktu sebanyak 10 guru dengan prosentase 100%. Kegiatan pada bagian ini dipertahankan, yakni menentukan alokasi waktu melalui Workshop guru atau pelajaran di sekolah dengan dipandu guru senior.
5. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai sebanyak 8 guru dengan prosentase 80%. Guru sudah banyak yang melaksanakan metode pembelajaran yang mengaran student center. Hal seperti ini perlu dipertahankan. Guru mata pelajaran dan guru senior perlu berkolaborasi dalam mengajarnya lalu membahasnya melalui diskusi Di MGMP sekolah.
6. Merancang prosedur pembelajaran sebanyak 8 guru dengan prosentase 80 %. Pada penentuan prosedur sangat berkaitan dengan metode pembelajaran. Oleh sebab itu perlu ada perbaikan di bidang ini. Guru masih terpancang dengan prosedur prosedur Yang sifatnya mengancam siswa jika kurang mampu atau melanggar pembelajaran.
7. Menentukan media pembelajaran/ peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan sebanyak 8 guru dengan presentase 80 %. Ternyata pada bagian ini sudah banyak guru yang mengguanakan media yang ada di sekitar kelas. Hal ini bisa dilihat pada hasil diatas.
8. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program computer, dll). Sebanyak 10 guru dengan presentasi 100%. Dalam menentukan sumber belajar, guru sudah bervariatif. Itupun sudah bisa menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
9. Menentuakan teknik penilaian sebanyak 10 guru dengan prosentase 100%. Teknik-teknik yang dibuat guru dalam menyusun penilaian sudah beragam. Ada yang menggunakan portofolio, kinerja, proyek, kuis, dan psikomotorik.
b. Refleksi pelaksanaan supervisi siklus II
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru peneliti, dan supervisor, sbb:
1. Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai. Guru rata-rata sudah mampu membuka pelajaran dengan metode Yang tepat sebanyak 9 orang atau dengan presentase 90 %. Berdasarkan presentase diatas guru perlu mempertahankan cara tersebut.
2. Menyajikan materi pembelajaran dalam menyajikan materi pembelajaran, guru rata-rata sudah baik dan berdasarkan pengamatan ada 8 guru yang di katagorikan baik. Jika di prosentasikan hal itu sudah mencapai 80%. Pada siklus II ini guru banyak yang sudah mampu menyajikan materi dengan urutan yang tepat. Untuk itu model penguasaan materi dalam supervisi edukatif, kolaboratif perlu di pertahankan.
3. Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan berjumlah 8 guru dengan prosentase 80%. Guru dalam melaksanakan metode pembelajaran sudah mengarah ke model CTL.
4. Mengatur kegiatan siswa dikelas berjumlah 9 Guru kalau dipersentasekan 90%. Berdasarkan data tersebut, guru sudah banyak yang mampu mengelola kelas. Guru yang belum berhasil mengelola kelas dengan baik diajak diskusi pada pasca supervisi.
5. Menggunakan media pembelajaran / peralatan praktikum (dan bahan) yang telah ditentukan berjumlah 8 guru dengan presentase 80%. Guru banyak yang sudah menggunakan alat alat yang bisa menguatkan pembelajaran.
6. Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku, modul, program komputer dll). Berjumlah 10 guru dengan prosentase 100%. Pada bagia ini guru sudah tidak ada masalah lagi. Namun, kepala sekolah / supervisor harus terus memotivasi guru guru tersebut.
7. Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif, berjumlah 9 guru dengan prosentase 90%. Guru sudah banayk memotivasi siswa. Kegiatan ini perlu dipertahankan.
8. Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif berjumlah 9 guru dengan prosentase 90 %. Ada 3 Guru yang masih menggunakan bahas yang sulit dipahami siswa. Hal ini terjadi karena ketiga guru tsb kurang melakukan persiapan pembelajaran.
9. Memberikan pertanyaan dan umpan balik untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar berjumlah 8 guru dengan prosentase 80%. Guru yang memberikan pertanyaan sebagai umpan balik ternyata sudah banyak. Hal ini dikarenakan ada kerjasama antara guru yang di supervisi dengan supervisornya.
10. Menyimpulkan pembelajaran berjumlah 10 guru dengan prosentasi 100%. Setelah siklus I dilakukan kemudian guru dan supervisor berdiskusi tentang cara menyimpulkan pembelajaran ternyata membawa hasil yang memuaskan. Ternyata semua guru sudah mampu menyimpulkan pembelajaran.
11. Mengguanakan waktu secara efektif efisien berjumlah 10 Guru dengan prosentase 100%. Pada siklus II ternyata sudah semua guru dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien, cara seperti ini perlu dipertahankan.
c. Refleksi penilaian supervisi siklus II
Hasil refleksi pada bagian penilaian supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru, peneliti, dan supervisor adalah sebagai berikut:
1. Menyusun soal/perangkat penilaian sesuai dengan indicator/ criteria unjuk kerja yang telah ditentukan berjumlah 9 guru dengan prosentase 90%. Masih ada satu guru yang belum mampu menyusun soal penilaian Karena masih tidak sesuai dengan indikatornya. Berdasarkan pengamatan / analisis ternyata guru tersebut pada pertemuan dengan supervisor tidak masuk karena sakit. Dengan demikian guru yang belum berhasil perlu belajar sendiri dengan guru yang sudah mampu.
2. Melaksanakan penilaian berjumlah 10 guru dengan prosentase 100%. Hamper semua guru sudah melaksanakan penilaian sesuai dengan aturan. siswa tidak boleh membuka dan bertanya pada siswa lain. Hal seperti ini perlu dilakukan karena penilaian itu untuk mengukur kemampuan anak.
3. Memeriksa jawaban / memberikan sekor test hasil belajar berdasarkan indicator / criteria yang telah ditentukan berjumlah 8 guru, dengan prosentase 80%. Guru telah mampu memberikan sekor soal. Cara seperti yang sudah dilakukan perlu dipertahankan.
4. Mengolah hasil penilaian berjumlah 10 guru dengan presentasi 100%. Guru sudah mampu mengolah nilai, mulai dari pensekoran, pembobotan, sampai pada pemberian nilai siswa.
5. Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reabilitas). Berjumlah 8 orang guru dengan prosentasi 80%. Guru yang tidak bisa menganalisis soal berjumlah 2 orang dan rata rata guru enggan menganalisis atau tidak mau menganalisis sehingga lupa cara menganalisis. Untuk menghadapi seperti itu sekolah perlu mengadakan diskusi dengan guru yang belum mampu tersebut dengan mendatangkan nara sumber.
6. Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya: interpretasi kecenderungan, hasil penilaian, tingkat pencapaian siswa; dll). Berjumlah 9 orang. Dengan presentase 90%.
7. Menyusun laporan hasil penilaian berjumlah 9 guru dengan presentase 90 %. Pada bagian ini perlu dipertahankan karena sudah berhasil dalam pembelajaran.
8. Memperbaiki soal/ perangkat penilaian berjumlah 10 guru dengan prosentase 100%. Semua guru pada siklus II ini sudah biasa memperbaiki soal yang kurang valid. Dengan demikian guru tetap mempertahankan cara memperbaiki soal tsb.
d. Refleksi pelaksanaan tindak lanjut penilaian siklus II
Refleksi pada bagian tindak lanjut ini dilakukan berdasarkan pada data yang dikumpulkan oleh supervisor dan dianalisis dan dicarikan solusinya. Hasil refleksinya adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian berjumlah 8 guru dengan prosentase 80 %. Pada siklus II perkembangan guru pesat sekali karena tinggal 2 guru yang belum mencapai sekor 75. Untuk itu, guru perlu mempertahankan model mengindentifikasi kebutuhan tindak lanjut.
2. Menyususn program tindak lanjut hasil penilaian berjumlah 8 guru dengan prosentase 80%. Dengan adanya supervisi edukatif berkolaboratif ternyata banyak guru yang sebelumnya tdak bisa mnyusun program tindak lanjut, ternyata pada siklus II mini berhasil dengan sekor lebih dari 75. Berserta model ini perlu dipertahankan oleh sekolah.
3. Melaksanakan tindak lanjut berjumlah 8 guru, dengan prosentase 80 %. Guru SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu banyak melaksanakan tindak lanjut penilaian. Ini terbukti 8 guru telah melaksanakan dengan baik, dan dua guru sudah melaksanakan tindak lanjut tapi sekor yang di capai nya masih dibawah 75.
4. Mengevaluasi hasil tindak lanjut hasil penilaiaan berjumlah 9 guru dengan prosentase 90 %.karena siklus II ini guru sudah mampu mengevaluasi, hasil tindak lanjut, tindakan guru tersebut perlu dipertahankan.
5. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian berjumlah 9 guru dengan prosentasi 90 %. Semua guru sudah menanalisis hasil evaluasi tindak lanjut penilaian walaupun masih ada 1 guru yang hasil analisisnya kurang memadai.
e. Refleksi tindakan supervisor siklus II
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supervisi dan setelah diadakandiskusi dengan guru, peneliti dansupervisor sebagai berikut:
1. Supervisor memberikan indicator yang harus dicapai pada saat persiapan pelaksanaan dan penilaian seminggu sebelum pelaksanaan supervisi. Guru yang sudah diberi format penilaian perlu diisi dan di fahami.
2. Supervisor menyuruh guru mengisi format penialaian yang ingin di capai, satu minggu sebelum pelaksanaan di supervisi.
3. Supervisor mendiskusikan persiapan dengan guru yang akan di supervisi.
4. Supervisor mengamati guru pada saat supevisi.
5. Supervisor berdiskusi dengan guru setelah melaksnakan supervisi.
6. Guru dan supervisor membuat tindak lanjut program penilaian.
7. Hasil Pelaksanaan Siklus II
Hasil siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5
Hasil Penentuan Perencanaan Siklus II
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keber
hasilan
1
2
3

4
5
6
7
8

9 Mendiskripsikan tujuan pembelajaran
Menentukan materi sesua dengan kompetensi
Mengorganisasikan materi berdasarka urutan atau kelompok
Mengalokasikan waktu
Menentukan metode pembelajaran
Merancang prosedur perencanaan
Menentukan media pembelajaran
Menentukan sumber belajar yang sesuai ( berupa modul, buku computer dan sejenisnya)
Menentukan teknis penilaian yang sesuai 10
10
10

10
10
10
10
10

10 10
10
8

10
8
8
8
10

10 100
100
80

100
80
80
80
100

100
Jumlah keberhasilan 10 82 91

Tabel 6
Hasil Melaksanakan Pembelajaran Tindakan Siklus II
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keberhasilan
1
2
3

4
5
6
7
8

9
10
11 Membuka pelajaran dengan metoda yang tepat
Menyajikan materi pelajaran secara sistematik
Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah di tentukan
Mengatur kegiatan siwa di kelas
Menentukan media pembelajaran
Menggunakan sumber belajar
Memotivasi siswa dengan cara yang positif
Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif
Memberikan pertanyaan dan umpan bali
Menyimpulkan pembelajaran
Menggunakan waktu secara efektif 10
10
10

10
10
10
10
10

10
10
10 9
8
8

9
8
10
9
9

8
10
10 90
80
80

90
80
100
90
90

80
100
100
Jumlah keberhasilan 10 98 89

Tabel 7
Hasil Menilai Prestasi Belajar Siklus II
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keberhasilan
1
2
3
4
5
6
7
8
9 Menyusun soal perangkat penilaian
Melaksanakan penilaia
Memeriksa jawaban/ member skor
Menilai hasil belajar
Mengolah hasil belajar
Menganalisis hasil belajar
Menyimpulkan hasil belajar
Menyusun laporan hasil belajar
Memperbaiki soal perangkat penilaian 10
10
10
10
10
10
10
10
10 9
10
8
10
10
8
10
10
10 90
100
80
100
100
100
100
100
100
Jumlah keberhasilan 10 85 76

Tabel 8
Hasil Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Siklus I
No Indikator Jumlah Guru Jumlah guru berhasil
(Skor >75) % keberhasilan
1

2
3
4
5 Mengidentifikasikan kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
Menyusun program tindak lanjut
Melaksanakan tindak lajut
Mengevaluasi hasil tindak lanjut penilaian
Menganalisi hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian 10

10
10
10
10
8

8
9
9
9 80

80
80
90
90
Jumlah keberhasilan 10 42 84

Grafik 2 Prosentase keberhasilan siklus II

Grafik 3 perbandingan keberhasilan siklus I dengan siklus II

8. Hasil Tindakan Penelitian Siklus II
Berdasarkan deskrepsi dan refleksi di atas, peneliti, guru dan supervisor menghentikan penelitian tindakan ini karena hasil yang diperoleh setelah tindakan yang baik yang dilakukan oleh guru, supervisor, maupun guru senior sudah memuaskan. Tindakan-tindakan guru, supervisor/guru senior yang dapat meningkatkan hasil supervisi guru adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Supervisi
Tindakan guru dan supervisor pada perencanaan supervisi edukatif kolaboratif yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah sebagai berikut:
1. Guru dan supervisor selsalu bekerjasama dalam membuat persiapan supervisi. Kerjasama tersebut termasuk menentukan instrument penilaian, pelaksanaan, dan penilaian hasil siswa.
2. Setelah instrument supervisi selesai, guru diberi format penilaian seminggu sebelum pelaksanaan supervisi dan supervisor selalu menanyakan kekurang mampuan dan kekurangjelasan format penilaian tersebut.
3. Supervisor menanyakan perangkat pembelajaran seminggu sebelum pelaksanaan baik yang berkaitan dengan pembelajaran maupun penilaian.
b. Pelaksanaan Supervisi
1. Guru dan supervisor selalu bekerjasama melaksanakan pengajaran. supervisor membuka pelajaran dengan persepsi dan menggunakan schemata kemudian dilanjutkan dengan guru yang di supevisi.
2. Dalam pelaksanaan supevisi, guru merasa nyaman pada saat mengajarnya, karena supervisor dalam memberiakan supervisinya, seperti rekanan yang mengajar bersama sama di kelas.
3. Supervisor mengamati guru yang mengajar dengan catatan catatan khusus yang positif dan negative pada pembelajaran tersebut.
4. Guru memberi penilaian proses dengan berdasarkan persiapan yang dikerjakan dengan guru senior atau supervisor.
5. Supervisor dan guru mendiskusikan kelebihan dan kekurangan pembelajaran bagian yang kurang langsung mencari solusinya.
c. Penilaian Supervisi
1. Guru melaksanakan penilaian berdasarkan program yang sudah dibuat.
2. Penilaian dipokuskan kepada bentuk uraian objektif dan uraian non objektif
3. Penyusunan soal dilakukan secara kolaboratif dengan guru senior atau supervisor.
4. Pengoreksian hasil evaluasi dilakukan secara langsung oleh gurusetelah pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan dengan guru senior.
5. Guru menyimpulkan hasil belajar siswa dan melaporkan hasilnya kepada kepala sekolah.
d. Tindak Lanjut Hasil Penelitian
1. Guru dan supervisor menindak lanjuti hasil penilaian dengan langkah langkah sebagai berikut.
a. Guru mengumpulkan hasil penilaian.
b. Guru mendiskusikan tindak lanjut penilaian
c. Guru merencanakan tindak lanjut hasil penilaian
d. Guru bersama supervisor mengevaluasi hasil tindak lanjut penilaian kemudian menganalisisnya.
e. Hasil Tindakan SuperVisor
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru peneliti dan supervisor adalah sebagai berikut:
1. Supervisor memberikan indicator yang harus dicapai pada saat persiapan pelaksanaan dan pada saat penilaian seminggu sebelum pelaksanaan supervisi.
2. Supervisor menyuruh guru untuk mengisi format penilaian yang ingin dicapai seminggu sebelum pelaksanaan supervisi.
3. Supervisor mendiskusikan persiapan dengan guru yang akan di supervisi
4. Supervisor mengamati guru pada saat supervisi.
5. Supervisor berdiskusi dengan guru setelah melaksanakan supervisi.
6. Guru dan supervisor membuat perencanaan kembali kegiatan berikutnya yang akan di supervisi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti membahasnya dari segi pengalaman pada saat enjadi supervisor pada guru inti mata pelajaran karena diberi tugas untuk mensupervisi guru ersebut. Selain itu pembahasan didasarkan pada teori teori yang ada baik berdasarkan pada referensi maupun dari ucapan ahli di bidang penelitian ini.
Adapun pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Temuan pertama kinerja guru meningkat ketika membuat perencanaan pembelajaran. Hal ini terjadi karena adnya kerja sama antara guru mata pelajaran yag satu dengan guru mata pelajaran yang lain dibantu oleh guru senior yang diberikan tugas oleh kepala sekolah untuk mensupervisi guru tersebut. Langkah langkah yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam membuat persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Guru senior/ supervisor memberikan format supervisi, dan jadwal supevisi pada awal tahun pelajaran atau awal semester. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan satukali.
2. Guru senior selalu menanyakan perkembangan perbuatan perangkat pembelajaran (meningkatkan betapa pentingnya perangkat pembelajaran).
3. Satu minggu sebelum pelaksanaan supervisi perangkat pembelajaran, supervisor, guru senior, menanyakan format penilaian. Jika format yang diberikan pada awal tahun pelajaran tersebut hilang, guru yang bersangkutan disuruh mempotocopy arsip sekolah. Jika disekolah masih banyak format seperti itu, guru tersebut diberi kembali. bersamaan dengan member/ menanyakan format, supervisor meminta pengumpulan perangkat pembelajaran yang sudah dibuatnya untuk di teliti kelebihan dan kekurangannya.
4. Supervisor memberikan catatan khusus pada lembaran untuk diberikan pada guru yang akan di supervisi tersebut.
5. Supervisor dalam penilaian perangkat pembelajaran penuh perhatian dan tidak mencerminkan sebagai penilai. Supervisor bertindak sebagai kolaborasi. Supervisor membimbing dan mengarahkan guru, yang belum bisa tetapi supervisor juga menerima argumen guru yang positif. Dengan adanya itu terciptalah hubungan yang akrab antara guru dengan supervisor, tentu saja ini akan membawa nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran.
Temuan kedua kinerja guru meningkat dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian tindakan ini ternyata dari 31 guru hampir semuanya mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil supervisi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran berdasarkan penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Supervisor yang mengamati guru mengajar tidak sebagai penilai, tetapi sebagai rekan kerja yang siap membantu guru tersebut.
2. Selama pelaksanaan supervisi dikelas, guru tidak mengangap supervisor sebagai penilai karena pada saat sebelum pelaksanaan supervisi, supervisor dan guru telah melakukan diskusi tentang permasalahan permasalahan yang ada pada saat pembelajaran berlangsung.
3. Supervisor mencatat semua peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran, baik yang positif ataupun yang negative.
4. Supervisor selalu member contoh pembelajaran yang berorientasi pada Modern Learning.
5. Jika ada guru yang pembelajarannya kurang jelas tujuannya, penyajiannya, dan umpan balik, supervisor memberikan contoh bagaimana menjelaskan tujuan menyajikan, member umpan balik kepada guru tersebut.
6. Setelah guru diberi contoh pembelajaran modern, supervisor setiap dua atau tiga minggu mengunjungi atau mengikuti guru tersebut dalam proses pembelajaran.
Temuan ketiga : kinerja guru meningkat dalam menilai prestasi belajar siswa pada penelitian tindakan yang di lakukan di SDN Bangkaloa II Kabupaten Indramayu ternyata pelaksanaan supervisi edukatif kolaboratif secara periodic memberikan dampak positif terhadap guru dalam menyususn soal/perangkat penilaian, melaksanakan, memeriksa, menilai mengolah, menganalisis menyimpulkan menyusun laporan dan memperbaiki soal. Sebelum diadakan supervisi edukatif secara kolaboratif guru banyak yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian. langkah-langkah yang dilakukan dalam supervisi edukatif kolaboratif secara periodic yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah sebagai berikut:
1. Supervisor berdiskusi dengan guru dalam pembuatan perangkat penilaian sebelum dilaksanakan supervisi.
2. Guru melakukan penilaian sesuai denga aturan yang sesuai dengan aturan yang telah di tentukan bersama supervisor.
3. Guru membuat kriteria penilaian yang berkaitan dengan pensekoran, pembobotan, dan pengolahan nilai yang sebelum pelaksanaan supervisi didiskusikan dengan supervisor.
4. Guru menganalisis hasil penilaian dan melaporkannya kepada urusan kurikulum.
Temuan keempat, kinerja guru meningkat dalam melaksanaka tindak lanjut hasil penilaian kegiatan belajar peserta didik. Langkah langkah yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam supervisi edukatif kolaboratif yaitu sbb:
1. Supervisor dan guru bersama sama membuat program tindak lanjut hasil penilaian
2. Guru senior supervisor memberi contoh pelaksanaan tindak lanjut, yang akhirnya dilanjutkan oleh guru dalam pelaksanaan sebenarnya.
3. Supervisor dan guru senior mengajak diskusi pada guru yang telah membuat, melaksanakan dan menganalisi program tindak lanjut.
Temuan kelima kinerja guru meningkat dalam menyusun program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut hasil prestasi belajar siswa ternyata membawa kanaikan prestasi siswa dalam mengikuti Ujian Akhir Sekolah.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan, paparan, refleksi, serta bahasan hasil penelitian, pada bagian ini dapat dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. KESIMPULAN
Berdasarkan temuan hasil penelitian, ada empat hal yang dikemukakan dalam penelitian tindakan ini, yakni simpulan tentang:
1. Peningkatan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran
2. Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Peningkatan kinerja guru dalam menilai prestasi belajar
4. Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa.
Pertama, tentang peningkatan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Supervisor yang berasal dari teman sejawat atau guru senior dapat mengakrabkan guru dalam merumuskan tujuan khusus pembelajaran
2. Supervisor yang berasal dari teman sejawat dapat memudahkan komunikasi antar guru dalam pembuatan rencana pembelajaran.
3. Pelaksanaan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru senior/supervisor memberikan format supervisi dan jadwal supervisi pada awal tahun pembelajaran atau awal semester. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan sekali.
(2) Guru senior selalu menanyakan perkembangan pembuatan rencana pembelajaran (mengingatkan betapa pentingnya rencana pembelajaran)
(3) Satu minggu sebelum pelaksanaan supervisi rencana pembelajaran, supervisor/guru senior menanyakan format penilaian. Jika format yang diberikan pada awal tahun pembelajaran tersebut hilang, guru yang bersangkutan disuruh memfotokopi arsip sekolah. Jika di sekolah masih banyak format seperti itu, guru tersebut dberi kembali. bersamaan dengan member/menanyakan format, supervisor meminta pengumpulan perangkat pembelajaran yang sudah dibuatnya untuk diteliti kelebihan dan kekurangannya.
(4) Supervisor memberikan catatan-catatan khusus pada lembaran untuk diberikan kepada guru yang akan disupervisi tersebut.
(5) Supervisor dalam menilai perangkat pembelajaran penuh perhatian dan tidak mencerminkan sebagai penilai. Supervisor bertindak sebagai kolaborasi. Supervisor membimbing, mengarahkan guru yang belum bisa dan menerima argumen guru yang positif. Dengan adanya hal tersebut, terciptalah hubngan yang akrab antara guru dan supervisor. Tentu saja ini akan membawa nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran.
Kedua, tentang peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Supervisor yang berasal dari teman sejawat atau guru senior dapat mengakrabkan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
2. Supervisor yang berasal dari teman sejawat dapat memudahkan komunikasi antar guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
3. Pelaksanaan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Supervisor yang mengamati guru mengajar tidak sebagai penilai tetapi sebagai rekan kerja yang siap membantu guru tersebut.
(2) Selam pelaksanaan supervisi di kelas, guru tidak menganggap supervisor sebagai penilai karena sebelum pelaksanaan supervisi guru dan supervisor telah berdiskusi permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembelajaran tersebut.
(3) Supervisor mencatat semua peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran baik yang posiitf maupun negatif.
(4) Supervisor selalu memberi contoh pembelajaran yang berorientasi pada Modern Learning.
(5) Jika ada guru yang pembelajarannya kurang jelas tujuan penyajian dan umpan baliknya, supervisor memberikan contoh bagaimana menjelaskan tujuan menyajikan dan memberi umpan balik kepada guru tersebut.
(6) Setelah guru diberi contoh pembelajaran modern, supervisor setiap dua atau tiga minggu mengikuti atau mengunjungi guru tersebut dalam proses pembelajaran.
Ketiga, tentang peningkatan kinerja guru dalam menilai prestasi belajar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Supervisor yang berasal dari teman sejawat atau guru senior dapat memudahkan guru dalam berkonsultasi dalam pembuatan perangkat penilaian.
2. Supervisor yang berasal dari teman sejawat dapat memudahkan komunikasi antarguru dalam melaksanakan penilaian dan analisis hasil penilaian.
3. Pelaksanaan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik dapat meningkatkan kinerja guru dalam menilai prestasi belajar siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Supervisor berdiskusi dengan guru dalam pembuatan perangkat penilaian sebelum dilaksanakan supervise
(2) Guru melaksanakan penilaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan bersama supervisor sebagai kolaboratif dalam pembelajaran.
(3) Guru membuat kriteria penilaian yang berkaitan dengan penskoran, pembobotan dan pengolahan hasil, yang sebelum pelaksanaan supervise di diskusikan dengan supervisor.
(4) Guru menganalisis hasil penilaian dan melaporkannya kepada urusan kurikulum.


Keempat, tentang peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Supervisor yang berasal dari teman sejawat atau guru senior dapat memudahkan guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa.
2. Supervisor yang berasal dari teman sejawat dapat memudahkan guru komunikasi antarguru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa.

B. SARAN
Berdasarkan simpulan, hasil pengamatan, dan temuan terhadap tidakan penelitian yang telah dilakukan, disampaikan beberapa saran, terutama ditunjukan kepada pihak tertentu.
a. Mengingat pelaksanaan peneltian ini baru berjalan beberapa siklus, peneliti/guru lain diharapkan dapat melanjutkan untuk temuan yang lebih signifikan.
b. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan. Penelitian berikutnya dapat mencoba dengan instrumen yang lebih standar.

DAFTAR PUSTAKA



Bennett N.B. Silalahi, Manajemen Integratif, STIM LPMI, Jakarta, 1999, hl. 3

Florence L. Denmark, “Leadership Styles”, Leadership and Social Change, ed. William R. Lassey and Marshal Sashkin (USA: Universities Associates, Inc., 1976), p.74.

James H. Donnelly, Jr., James L. Gibson, and John M. Ivancevich, Fundamentals of Management (Business Publication Inc., 1987), p.405.

W. Jack Duncan, Management: Progressive Responsibility in Administration (New York: Random House, Inc., 1983), p.226.

Koontz, O’Donnell, and Weirich, op. cit., pp.508-509.

Gestah Theory (1999), p.1 ( http://hyperg.uni-paderborn.de/Ox83ea6001-Ox0001cc42 )

David Krech, Richard S. Cruthfield an Egerton L. Ballachey, Indvidual in Society (New York: McGraw-Hill Book Company Inc., 1962), p.422.

Jane Whitney Gibson an Richards M. Hodgetts, Organizational Communication: A Managerial Perspective (Orlando: Academic Press College Division, 1986), p.16

Motivation, (1999), p.1 ( http://myteacher.net/lesson9.html.,html. ).

Paul Pigors & Charles A. Myers, Personnel Administration: A Point of View and a Method (Kogakusha, Tokyo: McGraw-Hill Inc, 1977), p.299.

Suyad Prawirisentono, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia (Yogyakarta: BPFE, 1999), p.31.

Andre E. Sikula, Personnel Administration and Human Resources Management (Santa Barbara: John Wiley & sons, Inc., 1981), p.402.

Henry Clay Lindgren, Educational Pshycology in the classroom (New York: Oxford University Press.. 1980), pp.426-427.

Malaya S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1994), p.212.
Alex B. Nitisemito, Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Ghalia Indonezia, 1992), p.199.

Michael R, Carrell & Frank E. Kuzmits, Personnel Management of Human Resources (Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company, 1982), pp.658-

A.S. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1995), pp.182-183

1 komentar:

  1. Pa Hendra ini aku sahabatmu dari cicalengka,masih ingat enggak? hubungi no 085320059862

    BalasHapus