Rabu, 01 Juni 2011

FOWERFUL TEACHER EDUCATION

BAB 2
MENGAPA PENDIDIKAN GURU PENTING DAN SULIT



A. Pendahuluan
PARA GURU JELAS MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN MURID. Orang tua telah lama mengenal dan para peneliti baru – baru ini telah menegaskan, bahwa anak guru dapat membuat perbedaan besar pada keberhasilan pendidikan daripada sebagian besar variabel sekolah. Studi – studi menggunakan data prestasi nilai tambah murid menemukan bahwa prestasi murid mendapatkan banyak pengaruh oleh penilaian murid daripada faktor seperti ukuran kelas dan komposisi (Sanders, 1997). Analisis terbaru oleh Rivkin, Hanusnek dan Kain (2000) menyatakan setidaknya 7 persen dari total variansi dalam hasil nilai tes pada perbedaan para guru. Para murid yang ditetapkan pada rangkaian para guru yang sangat efektif secara signifikan mendapatkan hasil lebih besar dalam prestasi daripada mereka yang ditugaskan beberapa guru yang tidak efektif dalam mengurutkan, pengaruh guru baik atau guru buruk mempengaruhi pembelajaran murid bukan hanya dalam tahun itu tetapi juga tahun-tahun selanjutnya (Sanders dan Rivers, 1996).

B. Bagaimana Pendidikan Guru Berarti
Meskipun banyak orang percaya bahwa setiap orang dapat mengajar – atau setidaknya, bahwa mengetahui subjek cukup untuk membuat seseorang untuk mengajar dengan baik-bukti sangat kuat menyatakan sebaliknya. Tinjauan penelitian diadakan sejak tahun 1960an telah menyimpulkan bahwa, meskipun dengan kelemahan yang diakui dari pendidikan guru terbaru dan perijinan, sangat dipersiapkan dan para guru yang berijasah secara umum dinilai lebih baik dan lebih sukses dengan para murid (Evertson, Hawley dan Zlotnik, 1985; Ashton dan Crocker, 1989; Olsen, 1985; Wilson, Floden dan Ferrini – Mundy, 2001). Sebagaimana Evertson dan teman – teman menyimpulkan dalam satu tinjauan: “ Penelitian yang ada menyatakan bahwa diantara para murid yang menjadi para guru, mereka mendaftar dalam program persiapan prapelayanan lebih mungkin menjadi efektif daripada mereka yang tidak mempunyai training seperti itu. Selain itu, hampir semua rencana yang baik dan usaha yang dilakukan dalam program – program persiapan guru untuk mengajar pengetahuan khusus murid atau keahlian nampaknya menjadi berhasil, setidaknya dalam jangka pendek” (Evertson, Hawley dan Zlornik, 1985, hlm 8).

Ketika ada kesesuaian maka bisa berjalan lancar:
Bagaimana persiapan berarti di kelas
Tentu saja ada sejumlah luas keahlian dan efektifitas individual yang telah menerima sertifikasi guru, yang hanya perwakilan untuk pengetahuan dan keahlian khusus. Namun mempengaruhi bagaimana ketiadaan dari persiapan minimal diberikan dengan kualifikasi nampak berarti, bukan hanya dalam studi kuantitatif skala besar tetapi juga dalam pengalaman para guru dan murid mereka.
Para guru menghentikan penuntutan bagaimana mengajar sepanjang para guru yang tidak berkualifikasi adalah masalah bukan hanya para guru baru ini tanpa training, tetapi juga mempersiapkan guru yang harus menghadapi dengan efek spillover dari level lebih rendah kompetensi para guru tidak terlatih yang miliki.
Selain itu bagi banyak kepala sekolah yang menjelaskan mengapa mereka mencari para guru yang berkualifikasi dan yang tidak berkualifikasi mereka bekerja dengannya, menyebutkan pendidikan guru secara khusus dengan pelajaran dan strategi yang mereka ingin lihat sebagai esensial, khususnya dengan melihat pada pengajaran murid dengan kebutuhan pembelajaran atau kebutuhan bahasa yang sangat diperlukan atau melakukan kesalahan berbahasa jika mereka tidak didukung dengan keahlian.
Para guru yang memasuki pengajaran tanpa persiapan diberikan penilaian yang paling mengesankan dari apa yang mereka pelajari dari program pendidikan guru, ketika ini direkrut, yang memasuki pengajaran pada emerjensi kualifikasi dan selanjutnya mengadakan program persiapan berkualitas tinggi.

Perdebatan Mengenai Aspek Mana dari Pengetahuan Guru yang Berarti
Banyak dari perdebatan ini dalam kualitas mengajar telah menjadi tentang kemampuan akademis umum dan subjek pengetahuan yang baik adalah latar belakang sesuai untuk pengajaran efektif dan apakah persiapan pedagogi – dalam pembelajaran dan perkembangan, strategi mengajar, kurikulum dan penilaian – adalah krusial bagi keberhasilan guru atau hambatan untuk masuk. Lawan dari persyaratan persiapan sering menyatakan bahwa jika Albert Einstein (atau yang lainnya menyatakan intelek atau pegawai publik) ingin mengajar di sekolah publik, dia tidak akan mampu melakukannya, karena persyaratan kualifikasi. Mereka yang berpikir penilaian ini adalah kondisi prima bukti bahwa persyaratan sertifikasi salah arah dianggap bahwa setiap orang sepintar Einstein dapat menjadi efektif menguasai kelas dari tiga puluh murid dengan beragam kemampuan. Bisakah guru
APAKAH CUKUP PINTAR? Sebagian pendukung meniadakan persyaratan pedagogi menyatakan bahwa memilih guru yang nilainya tinggi pada tes secara jenius menyebutkan laporan sekretaris tentang kualitas guru menyatakan “ Penelitian yang teliti mengindikasikan kemampuan verbal dan isi pengetahuan adalah hal yang paling penting dari para guru yang berkualitas tinggi” (U.S Department of Education, 2002, hlm 19).
SEBERAPA BANYAK MENGETAHUI SUBJEK PELAJARAN? Perdebatan yang sama menempatkan subjek pelajaran versus pengetahuan pedagogi sebagaimana pada nilai relatif dalam training guru. Logika jumlah telah sering mengkarakterisasikan perdebatan ini sebagai bagian fungsi waktu pendek khususnya dialokasikan untuk training para guru, yang telah membuat banyak kemampuan luar biasa apakah training yang sangat baik dalam keduanya dapat dicapai dalam waktu yang tersedia.
Bacaan yang agak baik dari penelitian menyimpulkan bahwa subjek pengetahuan guru dan pengetahuan dalam mengajar dan pembelajaran sebenarnya nampak dalam berinteraksi dalam menentukan efektifitas guru. Dalam tinjauan terpisah dari penelitian, Asthon dan Crocker (1986, 1987) dan Everton, Hawley dan Zlotnik (1985) melaporkan efek positif dari latar belakang subjek pelajaran dan pendidikan formal guru training dalam rating oleh pengawas dan pembelajaran murid. Byrne (1983) meringkas hasil tiga puluh studi membahasa hubungan antara prestasi murid dan subjek pengetahuan guru, diukur dengan tes subjek pengetahuan (terstandar atau diadakan – peneliti) atau sejumlah pelajaran pengetahuan diambil dalam subjek. Diantara studi ini, tujuh belas menunjukan hubungan positif. Byrne mencatat bahwa banyak dari studi “ tanpa hubungan” mempunyai sedikit variabilitas dalam pengukuran pengetahuan guru diukur dimana penemuan tidak signifikan adalah hampir pasti. Selain itu, Byrne menyarankan bahwa efek positif kemungkinan dimediasi oleh pengetahuan bagaimana untuk mengajar subjek pelajaran pada beragam murid: “ Adalah pasti masuk akal untuk menyarankan bahwa sejauh pengetahuan guru memberikan dasar untuk efektifitasnya, pengetahuan yang paling relevan akan menjadi pertimbangan topik tertentu menjadi diajarkan dan strategi pedagogi yang relevan untuk mengajarkannya pada jenis tertentu dari murid yang akan diajarkan. Jika guru mengajar beragam murid, maka pengetahuan keragaman dan mungkin topik yang diasosiasikan adalah paling penting……Hal yang sama, pengetahuan strategi mengajar relevan untuk mengajar murid yang beragam akan menjadi penting” (hlm 14).

C. Dilema Pendidikan Guru
Penelitian ini menyatakan bahwa jenis pendidikan guru berarti. Bagi semua bukti bahwa guru diuntungkan dari pembelajaran tentang keahlian mereka, adalah juga benar bahwa banyak guru merasa tidak siap atas tantangan sebenarnya mereka hadapi dalam pekerjaan mereka. namun, satu survey tiga ribu guru baru di kota New York menemukan mereka sangat beragam dalam seberapa baik persiapan mereka rasakan untuk mengajar (Darling-Hammond, Chung and Freelow, 2002). Mereka yang masuk tanpa training atau melalui jalan alternatif merasa kurang siap tetapi perasaan akan siap untuk tugas adalah juga beragam diantara lulusan program pendidikan guru, dari hanya yang biasa ke sangat dipersiapkan dengan baik.

D. Tiga Masalah dalam Pembelajaran untuk Mengajar
Belajar untuk mengajar- seperti belajar untuk mempraktekan profesi lain – adalah bukan masalah sederhana. Bahkan, ada beberapa khusus, tantangan yang ada selama bertahun –tahun dalam belajar untuk mengajar. Tiga yang sangat baik sekali. Pertama, belajar untuk mengajar memerlukan para guru baru untuk memahami pengajaran dalam cara – cara cukup berbeda dari pengalaman mereka sendiri sebagai murid. Lortie (1975) menyebut masalah ini “ the apprenticeship of observation/magang observasi” mengarah pada pembelajaran yang terjadi dengan menjadi murid selama dua belas tahun atau lebih dalam setting kelas biasa. Kedua, belajar untuk mengajar memerlukan para guru baru bukan hanya belajar untuk “ berpikir seperti seorang guru” tetapi juga “ bertindak seperti guru” - apa yang Mary Kennedy (1999) istilahkan “ masalah tindakan”. Para guru perlu untuk melakukan sejumlah hal, banyak dari mereka secara simultan. Pada akhirnya, belajar untuk mengajar memerlukan para guru baru untuk memahami dan merespon pada dasar yang kuat dan multisegi dari kelas, menyulap beragam tujuan akademis dan sosial yang membuat pertukaran dari momen ke momen dan hari ke hari (Jackson, 1974). Mereka harus belajar untuk menangani “ masalah kompleksitas” ini yang diarahkan dari sesuatu yang tidak rutin dan secara konstan merubah sifat pengajaran dan pembelajaran dalam kelompok.
Masalah “ apprrenticeship of Observation”
Perubahan signifikan para guru hadapi adalah mereka memasuki pengajaran dengan mempunyai bertahun –tahun pengalaman dalam sekolah. Meskipun pengalaman sebelumnya dari sekolah dan mengajar dapat menjadi sumber penting motivasi untuk para guru sebagai suatu “ apprenticeship/magang” mempunyai batasan penting: “ murid tidak diminta langsung untuk mengawasi tindakan guru melalui terus menerus’ para murid tidak diikutsertakan menerima permintaan untuk maksud pribadi guru dan refleksi personal dari peristiwa kelas. Murid jadang berpartisipasi dalam memilih tujuan, membuat persiapan atau analisis postmortem (analisis yang dibuat setelah itu terjadi) maka para murid tidak ditempatkan pada tindakan guru dalam kerangka kerja orientasi pedagogi (Lortie, 1975, hlm 62).
Masalah enactment/bertindak
Tantangan kedua dari guru pendidik dan para guru baru hadapi adlah masalah bertindak. Masalah ini sering memunculkan keluhan bahwa pendidikan guru terlalu teoritis, dimana guru sering berarti bahwa mereka harus belajar tentang alat – alat kongkrit dan praktek yang membuat mereka bertindak ide yang mereka hadapi.
Kennedy (1999) menyatakan masalah enactment dalam bagian pengetahuan terdahulu guru baru bawa ke apprenticeship of observation. Dia menyatakan bahwa banyak konsep bahwa para pendidik tertarik dalam membantu para guru baru memahami (seperti cooperative learning, penilaian atau diversitas) adalah hal – hal dimana orang – orang telah mempunyai pengalaman dengan melalui pendidikan sekolah mereka sendiri. Guru pendidik berharap untuk membantu para guru baru mengembangkan keahlian praktis dihubungan secara teori berdasarkan pemahaman ide – ide ini, tetapi para guru baru telah mempunyai ide baik tentang konsep ini yang dapat mencampuri dengan atau berlawanan dengan apa yang mereka pelajari dalam program pralayanan mereka.
Masalah kompleksitas
Tantangan ketiga dalam pembelajaran untuk mengajar adalah mengajar merupakan sangat kompleks dan tugas yang banyak persyaratannya (Lampert, 2001; McDonald,1992). Sebagaimana McDonald jelaskan “ Pengajaran yang sebenarnya terjadi dalam hubungan segi tiga liar – diantara guru, pelajar, subjek pelajaran – dan poin dari segi tiga ini terus berlanjut. Apa yang harus saya ajarkan ditengah – tengah semua murid yang harus saya ajar? Bagaimana saya bisa menyerap ilmunya sehingga penyerapan saya dapat memungkinkan para murid menyerap ilmu tersebut? Apa yang mereka pikirkan dan rasakan – terhadap saya, terhadap satu sama lain, terhadap sesuatu yang saya usahakan untuk ajarkan? Harus seberapa dekatkah saya, seberapa dekat saya harus tinggal? Seberapa banyak kopling yang harus saya tekan dan seberapa keras saya menekan gas?” (hlm 1).
Perhitungan Lampert akan beragam pertimbangan membentuk pengajarannya dari matematika kelas lima menyatakan empat elemen dari kompleksitas:
1. Mengajar tidak pernah rutin. “ segitiga liar” diman McDonald arahkan adalah perubahan konstan; para guru harus menghadapi dengan perubahan situasi, kebutuhan pembelajaran, tantangan, pertanyaan dan dilema.
2. Mengajar mempunyai beragam tujuan yang harus diarahkan secara langsung. Pada saat yang sama Lampert adalah mengajarkan isi, dia mengajar pengembangan sosial dan intelektual, memberikan perhatian pada kebutuhan individual anak – anak.
3. Mengajar diselesaikan dalam hubungan pada beragam grup murid yang berbeda dalam latar belakang budaya dan pengalaman sebelumnya sebagaimana mempelajari kebutuhan, kelebihan, bidang tantangan dan tingkat kemampuan.
4. Mengajar memerlukan beragam jenis pengetahuan untuk diintegrasikan. Sebagai contoh, untuk memajukan pembelajaran pada semua murid, para guru harus secara konstan mengintegrasikan pengetahuan mereka dari pengembangan anak – subjek pelajaran, interaksi kelompok, budaya dan latar belakang para murid, dan minat, kebutuhan dan kelebihan murid tertentu mereka.


E. Komponen-komponen Umum Pendidikan Guru Yang Sangat Berpengaruh
Bagaimana program yang kuat dari persiapan guru menghadapi masalah ini dan lainnya dari belajar untuk mengajar? Penelitian kita tentang tujuh program khusus mendemonstrasikan bahwa tidak ada pendekatan yang sempurna pada keunggulan. Meskipun demikian, lebih dulu mereka mengadakan kerja mereka secara berbeda kita temukan bahwa program mempunyai banyak ciri umum (dibahas dalam bab-bab selanjutnya):
• Visi yang umum, jelas dari pengajaran yang baik menyerap semua coursework (pelajaran yang telah dikerjakan selama studi) dan pengalaman perbaikan.
• Standar yang ditetapkan dengan baik dari praktek dan prestasi digunakan untuk memandu dan mengevaluasi coursework dan perbaikan kerja.
• Kurikulum didasarkan dalam pengetahuan anak dan perkembangan anak remaja, belajar, konteks sosial, dan pedagogi subjek pelajaran, diajarkan dalam konteks praktek.
• Mengembangkan pengalaman perbaikan yang secara hati – hati dikembangkan untuk mendukung ide – ide dan praktek disajikan secara simultan, coursework yang sangat berhubungan.
• Strategi jelas membantu para murid (1) menghadapi kepercayaan mereka sendiri dan asumsi tentang pembelajaran dan murid (2) belajar tentang pengalaman dari berbeda orang dari mereka sendiri
• Hubungan yang kuat, pengetahuan umum, dan kepercayaan terbagi menghubungkan sekolah dan universitas berbasis fakultas.
• Metode studi kasus, guru penelitian, penilaian prestasi, dan portfolio evaluasi menerapkan pembelajaran pada masalah sebenarnya dari praktek.

Ciri – ciri ini membantu program secara produktif menghadapi banyak dilema inti dari pendidikan guru; pengaruh yang kuat dari para calon apprenticeship of observation membawa mereka ke tahun – tahun mereka sebagai murid di sekolah dasar dan lanjutan, perkiraan dibagi antara teori dan praktek, batasan pandangan personal dan kultural setiap orang bawa ke tugas mengajar dan proses sulit membantu orang – orang belajar untuk menindak maksud mereka dalam setting kompleks.
Selanjutnya, kita membahas ciri – ciri program ini dan mengilustrasikan perbedaan apa mereka buat dalam kehidupan para guru dan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar