Rabu, 01 Juni 2011

FOWERFUL TEACHER EDUCATION

BAB 4
MENGKONSEPTUALISASIKAN
DASAR PENGETAHUAN UNTUK MENGAJAR




A. Pendahuluan
AHLI SEJARAH ELLEN LAGEMAN PERNAH MENGEJEK bahwa sejarah pendidikan Amerika di abad dua puluh dapat terbaik dijelaskan dengan memahami bahwa “E.L Thorndike menang dan John Dewey kalah.” Maksud dia adalah untuk menjelaskan efek pengajaran pada psikologi behavioral, dengan usahanya untuk mengembangkan kesederhanaan, hukum yang tidak beragam untuk para guru ikuti, dengan apa yang Dewey (1929) nyatakan dalam The Source of a Science and Education, dimana dia menggambarkan pengetahuan metode, murid dan subjek yang akan memberdayakan para guru agar lebih menjadi intelejen, fleksibel dan keputusan adaptif – pengetahuan yang membuat pengajaran lebih secara individual responsif daripada lebih pada rumusan.
Akan tetapi, gambaran Dewey dari pengetahuan guru ekstensif digunakan untuk mengadaptasikan pengajaran dalam mendukung keberhasilan pembelajaran jelas menyerap program pendidikan guru yang berhasil yang kita pelajari. Semuanya mempunyai visi jelas guru yang mereka usahakan untuk kembangkan dan penelitian dimana pandangan praktek mereka berdasarkan: kelompok kurikulum diorganisasikan untuk memasukan pengetahuan, keahlian dan pengaturan rincian visi dan standar yang ditetapkan dengan baik dari praktek yang memandu pengembangan dan penilaian para calon guru. Visinya adalah satu guru sebagai orang yang berpengetahuan, para pembuat keputusan yang reflektif, menggabungkan pemahaman mereka bagaimana anak – anak belajar dan mengembangkan konteks sosial dengan pengetahuan subjek pelajaran dan kurikulum - kebutuhan apa yang perlu diajarkan untuk mencapai maksud pendidikan dan memenuhi permintaan disiplin ilmu. Pada pemahaman ini program menambahkan pengembangan tingkat strategi mengajar dan pemahaman bagaimana untuk memilih mereka dari tujuan yang berbeda, murid, dan keadaan. Program – program tersebut bekerja keras untuk memastikan bahwa visi ini dan standar ini menginformasikan semua pelajaran mereka dan pengalaman perbaikan dalam gaya yang terintegrasi baik.
Bagaimana program – program ini mengkonseptualisasikan dasar pengetahuan untuk pendidikan guru melibatkan sekumpulan ide tentang apa yang para guru perlu untuk belajar - isi dari persiapan – dan bagaimana mereka perlu untuk mempelajarinya – proses yang merespon pada kompleksitas kelas. Selain itu, program telah menciptakan pendekatan kelompok yang mengintegrasikan hubungan dekat apa dan bagaimana persiapan seluruh coursework dan pengalaman perbaikan para calon ambil.

B. Isi dari Pendidikan Guru
Konseptualisasi dari pengetahuan dalam program – program yang kita pelajari adalah konsisten dengan standar ini dan dengan yang lainnya dan konseptualisasi ini jelas dengan banyak dari kurikulum pendidikan guru tradisional dalam beberapa cara:
• Konseptualisasi menekankan pemahaman para pelajar dan belajar sebagai sentral untuk membuat keputusan mengajar. Seperti dasar penting dari anatomi dan psikologi pada studi kedokteran, pengetahuan untuk mengajar mulai dengan pemahaman mendalam dari perkembangan dan pembelajaran manusia, bagaimana orang – orang ini mengembangkan dan belajar dalam cara – cara pengecualian. Dasar ini bertentangan dengan pendekatan birokratis menekankan penggunaan khusus teknik mengajar tanpa referensi pada proses pembelajaran.
• Konseptualisasi memahami subjek pelajaran. Daripada pemikiran umum dari teknik mengajar yang mendominasi pendidikan guru selama tahun 1970an dan 1980an (dan masih mengkarakterisasikan banyak program sekarang) program ini mulai dengan pengakuan bahwa subjek pelajaran memberikan dasar untuk mengajar.
• Konseptualisasi menyatukan studi subjek pelajaran dan anak – anak dalam analisis dan desain kurikulum. Ketika para guru dipandang hanya menggunakan ketentuan dibuat orang lain, kurikulum tidak dipertimbangkan bagian dari bidang konseptualisasi dasar pengetahuan; akan tetapi, program ini melihat kurikulum sebagai tempat dimana pelajar dan isi pengetahuan bertemu. Mereka mengenali bahwa jika para guru untuk memungkinkan pembelajaran penting yang ditambahkan sepanjang waktu, mereka perlu untuk mengembangkan “ visi kurikulum” (Zumwalt, 1989) dan keahlian untuk memilih, mengorganisir dan mendesain material dan aktivitas menjadikan visi tersebut.
• Konseptualisasi dasar pengetahuan melihat para pelajar, subjek pelajaran dan kurikulum sebagai eksis dalam konteks sosialbudaya yang mempengaruhi apa yang dinilai dan bagaimana pembelajaran terjadi.
• Konseptualisasi dasar pengetahuan berusaha untuk mengembangkan kumpulan strategi mengajar dan memahami maksud dan potensi menggunakan beragam tujuan dan konteks.
• Konseptualisasi dasar pengetahuan menempatkan penekanan luar biasa pada proses penilaian dan umpan balik sebagai esensial pada para pelajar dan pembelajaran guru.
• Konseptualisasi dasar pengetahuan berusaha untuk mengembangkan kemampuan guru sebagai para pembuat keputusan reflektif yang dapat dengan teliti mengamati, meminta keterangan, mendiagnosa, mendesain dan mengevaluasi pembelajaran dan pengajaran sehingga terus menerus direvisi menjadi lebih efektif.
• Konseptualisasi dasar pengetahuan melihat pengajaran sebagai kolaborasi aktivitas diadakan dalam komunitas profesional yang mendukung pembelajaran guru yang terus menerus, pemecahan masalah, dan pengembangan citra dari guru terpencil mempraktekan dalam keterbatasan berdasarkan hanya pada pengalaman mereka sendiri dan pengalaman, program – program ini mempersiapkan para guru untuk belajar dari dan berkontribusi satu sama lain sebagai anggota dari komunitas profesional. Keahlian dari rencana collegial (tanggung jawab bersama) dan pengaturan agar menjadi tanggung jawab untuk pembelajaran dan praktek setiap orang dalam komunitas adalah penting bagi peran profesional.
Ada banyak cara untuk menunjukan konseptualisasi mengajarkan pengetahuan. Salah satu yang sangat berhubungan dengan program kita pelajari adalah National Academy of Education digambarkan dalam bukunya menguraikan kurikulum inti untuk pendidikan guru, Preparing Teachers for a Changing World: What Teachers Should Learn and Be Able to Do/Mempersiapkan Para Guru Untuk Dunia Perubahan: Apa Yang Para Guru Harus Pelajari Dan Mampu Untuk Lakukan (Darling-Hammond dan Bransford, 2005). Kerangka kerja ini, disajikan dalam bab tiga bidang umum pengetahuan, keahlian dan pengaturan:
1. Pengetahuan para pelajar dan bagaimana mereka belajar dan berkembang dalam konteks sosial
2. Konsepsi isi dan tujuan kurikulum – memahami subjek pelajaran dan keahlian untuk diajarkan dalam sorotan maksud sosial pendidikan
3. Memahami pengajaran dalam sorotan isi dan para pelajar menjadi lebih diajarkan, sebagaimana diinformasikan oleh penilaian dan didukung oleh lingkungan kelas yang produktif.
4.
Gambar 4.1. Konseptualisasi Dasar Pengetahuan untuk Mengajar


Konseptualisasi
Dasar Pengetahuan untuk Mengajar


















Sumber: Darling Hammond dan Bransford, 2005, hlm 11.
Pengetahuan dari para pelajar dan pembelajaran:
Ketika konseptualisasi dasar pengetahuan “ pedagi pengetahuan pelajar” (Grimment dan Mackinon, 1992), semua program menekankan puat penting pemahaman beragam pelajar dan proses pembelajaran. Seperti para pendidik kedokteran percaya bahwa dokter tidak dapat dengan baik menggunakan teknik kedokteran tanpa memahami bagaimana kerja tubuh manusia, para guru pendidik dalam program ini percaya bahwa tanpa pengetahuan langsung dari bagaimana pembelajaran terjadi tidak mempunyai standar dimana untuk mengevaluasi pemikiran pengajaran material, menyusun kesempatan pelajar, atau mengadaptasikan pengajaran mereka ketika para guru memahami siapa yang mereka ajarka dan bagaimana mereka memberdayakan para guru untuk mengorganisir praktek mereka dalam pencarian pembelajaran daripada hanya mencakup kurikulum atau memahami buku.

Pengetahuan subjek pelajaran dan pedagogi
Lee Shulman yang secara umum dinyatakan yang pertama mengucapkan ide pedagogi isi pengetahuan, menulis bahwa mengajar “ dimulai dengan pemahaman murid dari apa yang dipelajari dan bagaimana itu diajarkan” (1987, hlm 7).
Shulman lebih lanjut menyatakan bahwa pengetahuan subjek pelajaran harus menjadi lebih mendalam jika tugasnya adalah untuk menghubungkan apa yang akan dipelajari pada pengalaman banyak ragam dari para pelajar.
Selain itu, integrasi pengetahuan tentang isi dan anak – anak adalah lebih lanjut didorong sebagai para calon guru belajar untuk mengembangkan visi kurikulum, kesadaran akan tujuan lebih besar atas instruksi diadakan oleh disiplin profesional, negara, daerah, komunitas lokal dan sekolah sebagaimana mereka sendiri.
Pengetahuan konteks dan kurikulum
Jelasnya, karena mereka mengkonsepkan pengajaran sebagai ketergantungan pada pembelajaran dan proses pembelajaran sebagaimana ditempatkan dalam linguistik (ilmu bahasa), kultural, dan pengalaman lain dari para murid, semua program ini melibatkan para calon dalam mempelajari maksud dan konteks pendidikan dan desain kurikulum. Studi – studi ini didesain untuk membantu para guru memahami gambaran besar memandu usaha mereka agar menjadi jelas dan bertujuan tentang apa dan bagaimana mereka mengajar, memahami bagaimana isi menambahkan pada pemahaman lebih besar dalam set pelajaran tunggal, mampu untuk merencanakan dan mengadaptasikan kurikulum dengan tujuan disiplin ilmu dan memikirkan kebutuhan murid dan merespon pada para murid dan keluarga sebagaimana untuk mendorong pembelajaran status sosial yang sama sehingga mereka dipersiapkan untuk bertindak sebagai agen perubahan menghadapi pertanyaan para murid akses ke pengetahuan didalam dan diluar kelas.


C. Konteks dan Maksud Pendidikan.
“Dasar” pendidikan khususnya membahas isu pendidikan dari sosiologis, antropologis, historis, politik, filosofis, dan pandangan psikologis, membahas perdebatan tentang maksud dan tujuan dari pendidikan; konteks sosial dan kultural untuk pembelajaran: hubungan kekuasaan dalam organisasi dan masyarakat dan dan akuntabilitas struktur dalam sekolah untuk para murid, guru dan administrator. Apakah diadakan dalam seminar mengajar atau pelajaran pengembangan atau diajarkan dalam pelajaran terpisah seperti pendidikan dalam Pusat Kota, Pengajaran Multibudaya, atau Sekolah dan Komunitas, program – program ini menawarkan beragam kesempatan bagi para calon agar belajar tentang faktor sosial, politik, budaya dan ekonomi yang mempengaruhi pembelajaran, pengajaran dan schooling/pendidikan sekolah. Tujuannya adalah bukan hanya agar para guru lebih baik memahami murid mereka dan komunitas mereka ajar tetapi juga kembangkan “ pandangan filosofis diinformasikan oleh….tanggungjawab personal dan profesional untuk mendidik demokrasi, “ sebagaimana silabus Bank Street nyatakan.
PENGEMBANGAN DAN PENILAIAN KURIKULUM. Pentingnya melibatkan para guru baru dalam pengembangan kurikulum didasarkan kepercayaan bahwa, disamping serangkaian buku teks, panduan kurikulum atau sekumpulan material disediakan, guru harus masih mampu untuk “ menggambarkan hubungan pada pengetahuan dan pengalaman murid sebelumnya, memilih tempat awal yang sesuai dan urutan aktivitas, mengembangkan tugas dan penilaian untuk menginformasikan pembelajaran dan memandu pengajaran masa depan dan menyusun tangga-tangga untuk beragam murid tergantung pada kebutuhan mereka” (Darling – Hammond dan Bransford, 2005, hlm 176). Sebagaimana studi terbaru the National Academy of Education (2005) tentang pendidikan guru mencatat “ Panduan kurikulum, teks dan tes membantu guru merespon pada subset harapan lokal dan negara, akan tetapi pada dasarnya mereka tidak dapat mendikte kurikulum untuk kelas tertentu. Karena apa yang diajarkan harus berhubungan dengan kesiapan para murid dan minat sebagaimana konteks komunitas, bahkan topik – topik yang secara rutin diajarkan atau disajikan dalam teks memerlukan pemikiran kurikulum dan pengembangan. Subjek pelajaran mengajar membutuhkan selalu untuk dimasukan pandangan pengembangan dan sensitivitas pada konteks sosial” (hlm 176).

D. Proses Pendidikan Guru
Meskipun penting untuk mempunyai pelajaran yang dipilih dengan baik yang termasuk inti pengetahuan untuk mengajar, sebanding pentingnya untuk mengorganisasikan pengalaman para calon guru sehingga mereka dapat mengintegrasikan dan menggunakan keahlian pengetahuan mereka di kelas. Ini mungkin aspek paling sulit dari menyusun program pendidikan guru. Para guru pendidik harus khawatir bukan hanya tentang apa yang diajarkan tetapi juga bagaimana mengajarkannya, sehingga pengetahuan untuk mengajar sebenarnya membentuk praktek dan memungkinkan para guru untuk menjadi para ahli adaptif yang dapat melanjutkan pembelajaran.
Pentingnya Coherence /hubungan
Satu elemen penting dalam bagaimana progam – program ini mengembangkan pengetahuan yang mentransfer praktek adalah hubungan sangat kuat dari setiap program telah dicapai. Sebagian besar, pengalaman pembelajaran untuk mengajar di dalam program ini adalah hampir sempurna.
Pentingnya program coherence ditekankan dalam tinjauan sembilan puluh studi yang membahas usaha untuk berubah memasuki kepercayaan para calon guru, memahami dan prilaku dengan melihat pada pengajaran, pembelajaran dan murid. Penulis menyimpulkan bahwa:
Dalam intervensi jangka pendek, yang pada semuanya tetapi satu atau dua kasus melibatkan pelajaran tunggal, kita melihat sedikit dampak laporan. Dalam studi – studi program jangka panjang, bagaimanapun, lebih umum bagi para peneliti untuk melaporkan efek positif. Durasi intervensi, sebagaimana, bukan variabel utama. Lebih signifikan bahwa apa yang memberikan waktu periode memungkinkan mereka dalam program untuk lakukan. Dalam intervensi jangka pendek nampaknya ada kecenderungan untuk elemen lain dari program untuk terlibat dengan atau bahkan meniadakan efek intervensi….kurikulum tersembunyi dalam kasus ini berasal dari jenis fragmentasi terstruktur Gore dan Zeichner (1991) mengarah pada program jangka panjang, sebaliknya, adalah efektif ketika guru pendidik mempertahankan fokus konsisten dan pesan (Wideen, Mayer, Smith dan Moon, 1998, hlm 51).
Mengintegrasikan teori dan praktek dengan menjalin coursework dan Perbaikan kerja.
Dilema yang tumbuh bertahun-tahun bagi pendidikan guru adalah bagaimana untuk mengintegrasikan teoritis berdasarkan pengetahuan secara tradisional dalam kelas dengan pengalaman – berbasis pengetahuan secara tradisional menempatkan dalam praktek para guru dan realita kelas dan sekolah. Versi lama dari pendidikan guru sering membuat para murid mengambil sekumpulan coursework terpisah dari praktek dan kemudian menambahkan potongan pengajaran murid pada akhir program, sering dalam kelas yang tidak menemui model praktek sebelumnya digambarkan dalam abstraksi. Jelasnya, semua program ini memerlukan murid untuk menghabiskan waktu ekstensif dalam bidang yang para pengamat dan partisipan dalam proses mengajar melalui seluruh program, menguji dan menerapkan konsep dan strategi mereka secara simultan pembelajaran tentang pelajaran mereka.
Banyak guru pendidik menyatakan bahwa para guru baru yang mempunyai sedikit pengalaman mengajar menghadapi coursework lebih siap untuk menjadikan masuk akal ide, teori dan konsep diarahkan dalam kerja akademis mereka dan bahwa para calon guru melihat dan memahami teori dan praktek secara berbeda jika mereka mengambil coursework bersamaan dengan praktikum. Peningkatan penelitian menyatakan bahwa kepercayaan ini baik sebelum atau selama sisi coursework lebih baik mampu untuk memahami teori, menerapkan konsep mereka pelajari dalam coursework mereka dan mendukung pembelajaran murid (Baum-gartner, Koerner, dan Rust, 2002; Denton, 1982; Morris dan Tooke, 1982; Henry, 1983; Ross, Hughes dan Hill, 1981; Sunal, 1980.
Pedagogi Yang Menghadapi Masalah Pembelajaran untuk Mengajar
Bukan hanya adanya pengalaman kelas yang memungkinkan para guru menerapkan apa yang dapat mereka pelajari. Studi – studi terbaru dari pembelajaran guru menyatakan bahwa ketika para guru mempelajari dan memikirkan kerja mereka dan menghubungkannya dengan penelitian dan teori, mereka lebih mampu untuk mengenal bidang – bidang yang memerlukan perbaikan, mempertimbangkan strategi alternatif untuk masa depan dan menyelesaikan masalah praktek (Freese, 1999; Laboskey, 1992).
E. Metode – metode kasus
Semua tujuh program menggunakan kasus menulis sebagai alat pembelajaran. Dalam beragam kombinasi, para calon guru diminta untuk mengembangkan studi kasus pada para murid, aspek – aspek sekolah dan mengajar dan keluarga atau komunitas dengan mengamati, mewawancara, membahas kerja murid dan menganalisis data mereka telah kumpulkan.
Banyak profesi, khususnya hukum, kedokteran, dan bisnis, membantu para calon menjembatani gap antara teori dan praktek dan mengembangkan keahlian berpikir dan analisis dengan melibatkan mereka mengarah dalam kasus membaca dan menulis. Pendukung dari setiap metode kasus menyatakan bahwa kasus mendukung pembelajaran sistematik dari konteks tertentu sebagaimana dari teori yang lebih umum tentang pengajaran dan pembelajaran (Coldberg, Trimble dan Desberg, 1996). Shulman(1992) menyatakan bahwa metode kasus memberikan penangkal generalisasi berlebih” (hlm 3) dan adalah alat yang sangat berpengaruh untuk pembelajaran profesional karena mereka memerlukan profesional dalam training untuk “ bergerak keatas dan kebawah” kebelakang dan kedepan, antara kasus tertentu yang dapat diingat dan generalisasi yang sangat berpengaruh dan penyederhanaan prinsip dan teori. Prinsip – prinsip sangat berpengaruh tetapi metode kasus mudah diingat. Hanya dalam interaksi yang berkelanjutan antara prinsip- prinsip dan kasus dapat para praktisi dan mentor menghindari batasan bawaan dari teori-tanpa-praktek atau pembatasan yang sama seriusnya dari praktek nyata tanpa kaca prinsip” (Shulman, 1996, hlm 201).
ANALISIS PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN. Studi kasus menulis dan membaca menyajikan kesempatan untuk para calon untuk menganalisis dan memikirkan contoh-contoh mengajar dan produk pembelajaran murid. Analisis tersebut dapat disusun alat untuk secara dekat membahas proses dan hasil dari pengajaran dan pembelajaran menggunakan alat kelas yang sesungguhnya-sampel kerja murid, videotape dari praktek kelas dan material kurikulum. Penggunaan material ini memungkinkan para calon guru dan guru pendidik untuk bergabung menguji dan menganalisis “ teks umum” (Ball dan Cohen, 1999) dimana semuanya mempunyai akses. Para calon menguji teks dihasilkan oleh para guru lain sebagaimana material mereka sendiri: sampel kerja dari pelajar dalam ruang kelas mereka, pelajaran mereka kembangkan, videotape pengajaran mereka dan catatan lain praktek melibatkan mereka sebagai guru baru.
PERFORMANCE TASKS/TUGAS – TUGAS PRESTASI. Tugas – tugas prestasi sering disusun sebagai pertunjukan publik tentang pengetahuan dan praktek yang diukur terhadap kriteria bersama, kriteria publik, dengan kesempatan umpan balik. Salah satu dari sistem yang paling tinggi dikembangkan, menggunakan pertunjukan, benchmark (poin referensi penilaian) pada standar, sebagai dasar dari kerjanya. Pada dasarnya setiap tugas mulai dengan referensi pada kriteria untuk prestasi yang dikembangkan dan berakhir dengan kesempatan bagi calon untuk mengevaluasi kerja mereka sebagaimana untuk mendapatkan umpan balik dari orang lain untuk memandu revisi dan perbaikan.
PORTFOLIO MENGAJAR. Sebagian besar program juga menggunakan portfolio mengajar, secara umum koleksi material dan alat dari kerja para guru, termasuk elemen seperti pernyataan tentang filosofi pendidikan guru; deskripsi dari rencana guru untuk manajemen kelas, material kurikulum ( seperti unit pelajaran dan rencana pelajaran, penugasan, penilaian dan topik harian); buku harian, jurnal, atau pemikiran; penelitian penyelidikan; videotape dan komentar tentang instruksi guru sendiri; dan sampel kerja murid. Sebagian memasukan evaluasi dari pengajaran guru oleh orang lain melalui observasi rekan atau supervisor, rekomendasi, atau evaluasi murid. Elemen ini sering dibarengi dengan komentar yang berhubungan dari guru tentang proses dan hasil mengajar.
Kesempatan berkelanjutan atas pemikiran tentang pembelajaran dan pengajaran.
Mempersiapkan para guru untuk belajar dari mengajar melalui karir memerlukan sekumpulan alat untuk mengembangkan keahlian dan praktek sistematis, penyelidikan yang terarah, dan pemikiran penting. Banyak guru pendidik fokus dalam mengembangkan kemampuan ini dengan melibatkan para calon guru dalam aktivitas pemikiran, seperti jurnal dan catatan tentang praktek mengajar, sebagaimana dalam sistematis penelitian di kelas mereka dan sekolah (Gore dan Zeichner, 1991; Price, 2001). Dengan terus menerus meningkatkan dan menjawab pertanyaan tentang apa yang para murid pelajari dan mengapa, para guru dapat belajar untuk menghadapi dengan kompleksitas praktek dan dapat menyelesaikan beberapa batasan dari apprenticeship of observation (magang sebagai kegiatan observasi praktek) mereka.
CATATAN HARIAN, JURNAL DAN ESSAY PEMIKIRAN. Sebagian besar dari program menggunakan beragam alat untuk menstimulasi pemikiran guru yang berkelanjutan, diantara mereka observasi catatan harian, jurnal pemikiran dan karya tulis fokus pada pengajaran tertentu atau situasi pembelajaran. Semua ini kadang – kadang digunakan untuk merangsang pemikiran dalam membaca dan isu dibahas dalam kelas khusu dan membuat hubungan pada pengalaman yang berhubungan diluar kelas. Pada waktu lain mereka adalat alat untuk mengumpulkan observasi dalam setting perbaikan tentang anak tertentu, pembelajaran murid secara individual atau kolektif, praktek kerjasama guru, atau usaha mengajar calon guru. Murid kadang – kadang membuat jurnal untuk mencatat aktivitas harian, pemikiran tentang membaca, pemikiran tentang praktek yang diamati atau pengembangan filosofi mereka tentang pendidikan.
PENELITIAN PENYELIDIKAN. Semua program memerlukan bahwa para guru terlibat dalam penyelidikan atau penelitian tentang mengajar. Ini bertingkat dari investigasi sederhana masalah tertentu praktek pada studi penelitian lebih berambisi yang dapat berfungsi sebagai proyek puncak. Para pendukung dari praktisi penelitian menyatakan usaha tersebut membantu para calon guru belajar pengaturan penting dan keahlian yang memberikan dukungan praktek pemikiran, termasuk komitmen pada pencarian atas jawaban pada masalah praktek dan keahlian observasi hati-hati, pengumpulan data, dan analisis sebab (Zeichner dan Liston, 1987).
AUTOBIOGRAFI DAN REFLEKSI – DIRI. Semua program menekankan pentingnya para calon guru memahami kepercayaan pendidikan mereka sendiri dan nilai (termasuk bagaimana mereka dibentuk dan dibentuk kembali) dan strategi pembelajaran mereka sendiri dan identitas kultural, sebagaimana yang lainnya.
Program – program yang disadari tentang konsepsi awal yang menonjol tentang pengajara dan membantu para calon guru melihat pada pengalaman mereka, perasaan para calon harus ketahui mereka sendiri dan kepercayaan mereka jika mereka ingin mengembangkan visi, mengungkap bias potensi dan secara efektif mendesain dan menggunakan beragam tugas pengajaran bagi yang lainnya.
Cukup sering, refleksi diri ini fokus pada hasil filosofi pendidikan yang dapat menginformasikan praktek konsisten dengan kepercayaan guru. Dalam program Trinity, para murid diminta untuk “ menghadapi implisit kepercayaan pendidikan mereka dengan menguji tindakan pengajaran eksplisit” dalam tahun kelima dan tahun akhir dari program. Mereka pertama diminta untuk mengungkapkan filosofi mereka sendiri, pendirian, pendapat, nilai, sikap, pengakuan, tujuan, maksud, dan kepercayaan tentang pendidikan. Mereka diminta untuk membandingkan pernyataan program pendidikan mereka dengan progam yang mereka gunakan”.
Menciptakan Dasar untuk Pembelajaran Dalam Komunitas Profesional
Semua program memandang mereka sendiri sebagai poin awal untuk pembelajaran para calon guru. Fakultas membuat keputusan tentang apa dan bagaimana untuk mengajar didesain untuk membantu para calon guru memahami ciri utama dari proses pembelajaran dan pengajaran dan mampu untuk mendapatkan dan memikirkan secara produktif tentang praktek sebagaimana untuk belajar dan memperbaiki. Mereka berusaha untuk mengembangkan para guru yang dapat belajar dari pengajaran sebagaimana belajar untuk mengajar. Mereka memandang tanggung jawab utama mereka sebagai membantu para calon guru belajar bagaimana menjadi reflektif praktisioner yang dapat proaktif dalam pembelajaran mereka sendiri.
Secara ringkas, program – program ini mengkonsepkan dasar pengetahuan untuk mengajar sebagai dasar dalam memahami para pelajar dan belajar ketika mereka mengembangkan dalam konteks sosial, dihubungkan pada subjek pelajaran dengan cara pengembangan kurikulum dan bertindak melalui sejumlah strategi pengajaran dipilih dengan referensi pada tujuan – tujuan pendidikan, permintaan isi pelajaran, dan kemajuan para murid. Program – program tersebut mengorganisir dan menyampaikan dasar pengetahuan ini secara hati – hati mendesain dan mengurutkan pelajaran dan penempatan perbaikan yang saling melengkapi dan secara mutual mendorong, dan melalui pedagogi yang menghubungkan teori pada praktek menggunakan kasus, tugas – tugas prestasi, dan analisis mendalam pembelajaran dan pengajaran. Mereka menekankan kebutuhan untuk terus adaptasi dan perbaikan mengajar melalui refleksi individual dan kerja collegial (tanggung jawab bersama) dalam komunitas profesional, yang dikembangkan dan dipraktekan dalam setiap aspek dari program dari masuk hingga kelulusan dan setelahnya.
Dalam bab-bab berikut, saya membahas rincian bagaimana tempat – tempat studi sebenarnya melakukan maksud ini sebagaimana mereka menyusun pelajaran, penugasan, penempatan dan cara mereka menyusun hubungan diantara elemen individual dari setiap program.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar