BAB 5
MENGEMBANGKAN DAN MENILAI PENGAJARAN
MENYUSUN PRESTASI PEMAHAMAN
A. Pendahuluan
MENGKONSEPTUALISASIKAN PENGETAHUAN UNTUK MENGAJAR termasuk mengembangkan pandangan apa yang dimaksud untuk “ mengetahui” sesuatu dan apa yang dimaksud untuk mendemonstrasikan pemikiran. Aspek penting dari program kita pelajari adalah mereka telah mengorganisasikan kurikulum “ performance of understanding/prestasi pemahaman” (Perkins, 1998) yang mewakili elemen utama dari mengajarkan pengetahuan dan keahlian. Hasil pengetahuan dan keahlian ini keduanya ditetapkan dan dinilai – kasus, hasil – hasil tugas dan pertunjukan, portfolio, alat – alat reflektif seperti autobiografi dan tindakan penelitian – yang memerlukan para calon untuk menggunakan pengetahuan mereka untuk menghasilkan tindakan mengajar dan analisis. Mereka menyusun proses pembelajaran dan menciptakan jembatan kuat antara teori dan praktek. Strategi tersebut telah menjadi tanda pedagogi yang mendukung pengembangan pemikiran guru dalam hubungannya dengan pengetahuan tentang para pelajar, pembelajaran, pengembangan dan tujuan kurikulum. Pedagogi ini dari pendidikan guru mengijinkan para murid untuk menerapkan prinsip – prinsip teoritis pada masalah dalam konteks khusus, dengan secara tepat menyusun usaha mereka untuk menggambarkan generalisasi tentang praktek.
Kegunaan dari tujuan ini adalah mereka menekan pengetahuan pada bentuk terdalam dari pemahaman dalam tindakan yang didasarkan pada prestasi. Sebagaimana ahli psikologi kognitif David Perkins (1998) mencatat, meskipun pengetahuan dapat dipandang sebagai kemampuan untuk menghasilkan informasi yang tersedia, memahami adalah “ kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara fleksibel dengan apa yang seseorang ketahui…..” flexible performance capability/kapabilitas prestasi fleksibel” dengan penekanan pada fleksibilitas” (hlm 40). Prestasi memandang pemahaman menyatakan bahwa individual dapat menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam sebab mencapai sesuatu yang diperlukan pemikiran dan penilaian, “ lebih seperti pembelajaran untuk mengimprovisasi omong kosong atau mempertahankan percakapan yang baik…daripada belajar daftar perkalian atau tanggal – tanggal presiden (hlm 40). Perkin selanjutnya menyatakan bahwa seseorang dapat mengukur pemahaman dengan meminta seseorang untuk melakukannya “ menempatkan pemahaman untuk bekerja – menjelaskan, menyelesaikan masalah, membangun argumen, menyusun produk” (hlm 41). Bukan hanya tindakan dilibatkan dalam prestasi memberikan jendela kedalam kemampuan pelaku terbaruu dan pendalaman pemahaman, juga menyarankan pemahaman dengan menciptakan situasi dimana pembelajaran lebih lanjut dapat terjadi.
Sebagian peneliti menyatakan bahwa para guru yang efektif beragam apa yang mereka lakukan lintas situasi mengajar; para guru yang percaya seperti adaptasi adalah tidak berguna dan kurang efektif (Doyle, 1979; Shavelson dan Dempsey-Atwood, 1976; Stodolsky, 1984). Banyak studi karakteristik guru telah ditemukan bahwa ciri seperti fleksibilitas dan adaptabilitas adalah penentu penting dari efektifitas guru (untuk tinjauan, lihat Schalock, 1979), dan bahwa para guru yang dapat merencanakan secara fleksibel dan menilai pengajaran mereka dalam merespon pada isyarat murid dalah lebih efektif (Zahorick, 1970; Peterson dan Clark, 1978; Duchastel dan Merril, 1977; Melton, 1978). Para guru yang belajar untuk mengajar untuk decontextualized (mempertimbangkan memisahkan dari konteksnya) penilaian yang menempatkan sekumpulan daftar prilaku mengajar “ benar” mempertimbangkan tingkat lebih luas dari pertimbangan mengajar (Hoover dan O’Shea, 1987). Selain itu, mereka lebih mungkin untuk mengurus isu perencanaan kurikulum, isi pedagogi, hubungan antara praktek guru dan respon murid atau hasil, atau tugas – tugas mengajar yang terjadi diluar konteks observasi (Darling – Hammond dan Sclan, 1992; French, Hodzkom, dan Kuligowski, 1990). Sebagaimana Floden dan Klinzing (1990) catat: “ Para guru training untuk mengikuti sekumpulan penetapan ketentuan mengurangi keinginan para guru untuk mengadaptasikan pengajaran mereka pada subjek tertentu dan para murid yang mereka ajarkan. Karena itu, efektifitas instruksional dari para guru memberikan training tersebut tidak mungkin menjadi level tinggi” (hlm 16-17).
B. CIRI – CIRI PENILAIAN
Penilaian yang digunakan lintas studi program membagi empat ciri yang membuat mereka “performance of understanding” - yaitu – mewakili jenis pemikiran dan prestasi diperlukan untuk mengajar yang baik – dan bahwa nampaknya menjadi penting baik untuk mengukur pengajaran dan meningkatkan kemampuan para calon untuk mengajar dengan baik (Darling – Hammond dan Snyder, 2000).
Fokus pada Prestasi
Pertama, penilaian sampel dari pengetahuan, keahlian dan pengaturan aktual diinginkan para guru sebagaimana mereka gunakan dalam konteks pengajaran dan pembelajaran, daripada menyandarkan pada wakil yang lebih terpencil. Meskipun sebagian konteks untuk penilaian dapat menjadi tahapan dipindahkan dari kehidupan kelas sehari - hari, tugas dilakukan memerlukan penggunaan dan integrasi pengetahuan dan keahlian ketika digunakan dalam praktek. Tugas menwakili kerja dari mengajar (rencana pelajaran, videotape mengajar, dan penilaian pembelajaran murid) dan analisis mengajar, pembelajaran dan material kurikulum. Penilaian seperti itu berusaha untuk menangani masalah tindakan, fakta bahwa berbicara atau menulis tentang mengajar atau mengenali jawaban pada beragam pilihan pertanyaan tidak dapat sepenuhnya memperkirakan kapasitas seseorang untuk merencanakan, mengelola atau membuat masuk akal realita kompleks dari pengajarna yang sebenarnya.
Integrasi Pengetahuan dan Keahlian dalam Praktek
Program penilaian memerlukan para guru untuk mengintegrasikan beragam jenis pengetahuan dan keahlian ketika mereka gunakan dalam praktek. Satu keluhan dihadapi dalam program persiapan lintas profesi adalah pengalaman murid membagi-bagi diantara pelajaran yang memperlakukan subjek pelajaran dan penghentian dalam peristiwa untuk menangani teori dan praktek. Ini memberikan banyak penggunaan dasar pengetahuan pada murid, dengan gap dan masalah dihasilkan dari penafsiran. Penilaian yang menggambarkan pengajaran dengan berusaha untuk mengintegrasikan bidang pengetahuan digunakan dalam kombinasi yang dapat membantu menghasilkan koneksi ini dengan lebih baik menunjukan tugas – tugas guru harus secara aktual melakukannya (Darling-Hammond, Wise dan Klein, 1999).
Beragam Pengukuran
Beragam sumber bukti dikumpulkan sepanjang waktu dan dalam membedakan konteks. Penilaian termasuk analisis tertulis, data observasi (dari supervisor, guru yang bekerjasama, observasi kepala sekolah, sebagai contohnya) dan sample prestasi seperti videotape, kerja murid dari kelas calon guru dan komunikasi dengan keluarga.
Kesempatan untuk praktek
Praktek penilaian termasuk beragam kesempatan murid untuk belajar dan mempraktekan hasil yang diinginkan, sebagaimana untuk umpan balik dan pemikiran. Penilaian membantu mengembangkan kompetensi, bukan hanya mengukur hasil. Tidakpun mengajar atapun belajar adalah berada di akhir hari. Program ini percaya bahwa fungsi inti dari pendidikan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan para calon untuk berpikir dan belajar dari pengajaran. Seorang guru adalah bukan seseorang yang memang dilahirkan menjadi guru tetapi yang secara konstan menjadi guru. Penilaian dari kerja guru yang termasuk kesempatan untuk belajar dari umpan balik dapat mendukung perkembangan level lebih besar dari kompetensi dan mengukur atribut penting dari guru efektif: kemampuan untuk belajar dari refleksi dalam praktek.
C. Metode kasus
Dalam pendahuluan buku mereka The Case for Education, Joel Colberg, Kimberly Trimble dan Peter Desberg (1996) mencatat bahwa pertumbuhan minat dalam menggunakan metode kasus dalam pendidikan guru dapat dijelaskan dengan satu kata: konteks. Kasus menambahkan konteks pada teori. Apakah mereka mengambil bentuk laporan kasus (naratif orang pertama dari pengalaman personal mengajar) atau studi kasus (orang ketiga menganalisis situasi atau murid, kasus mengijinkan eksplorasi aturan, prinsip, teori dan isu yang bertahun – tahun sebagaimana yang terjadi dalam dunia nyata. Para murid membaca dan menganalisis kasus, mencari pelajaran dan wawasan mereka tawarkan; atau mereka dapat menulis kasus mereka sendiri, mengembangkan interpretasi dari peristiwa ketika mereka bekerja melalui proses mewakili pengalaman mereka. Usaha ini dapat memotivasi pembelajaran dan berfungsi sebagai material instruksional bagi yang lainnya (Shulman, 1992, hlm 3). Khususnya, kasus mewakili contoh pengajaran dan pembelajaran yang memiliki dilema, menawarkan secara hati – hati menggunakan bukti atau data dan kadang – kadang menggambarkan hasil keputusan dalam situasi khusus.
Kasus dapat dikembangkan dari pandangan lain. Kasus dapat dimulai dengan subjek pelajaran, menyelidiki pemahaman guru akan kurikulum dan instruksi dengan meneliti bagaimana guru mengatur dan menganalis pengalaman belajar dimaksudkan pada penguasaan konsep khusus atau keahlian (Shulman, 1992, 1996).
Dalam cara ini, kasus menjembatani gap antara personal menempatkan pengetahuan dan menjeneralisasikan prinsip, sebagaimana apa yang mereka lakukan dalam hukum, bisnis, kedokteran dan profesi lainnya.
Studi Kasus Anak
Dalam jenis kasus ini, penulis mengembangkan rincian contoh dari pemikiran, pembelajaran, interaksi, kepercayaan, pertimbangan dan aspirasi anak. Dalam contoh lain, studi kasus anak menjadi basis untuk mengevaluasi bagaimana lebih baik untuk bekerja dengan anak yang mengalami kesulitan. Versi menulis dari studi tersebut mengorganisasikan apa yang diselesaikan oleh guru dalam tindakan ketika mereka mengevaluasi murid menggunakan beragam alat bukti atau ketika mereka secara kolektif mengkonsultasikan tentang observasi murid dan mengumpulkan observasi mereka untuk memikirkan bagaimana lebih baik untuk mendukung anak. Sebagaimana dalam kedokteran, kasus konfrensi ini dibangun secara teliti, rincian observasi dan keahlian terbagi dimaksudkan dalam analisis yang sangat berpengaruh dari situasi.
Kegunaan lain dari Metode Kasus
Dalam studi kasus yang banyak digunakan, beberapa program menggunakan jenis kasus lain. Sebagai contoh, murid tahun pertama di Trinity membuat school-berbasis studi kasus dalam pelajaran disebut Sekolah dan Komunitas. Menggunakan kerangka kerja Membangun Komunitas dalam Sekolah Sergiovanni, para murid membahas budaya sekolah dimana mereka berada dan membahas pertanyaan apakah dan bagaimana sekolah dan kelas menjadi “ terarah” komunitas pelajar. Pemikiran jurnal dalam merespon pertanyaan panduan dan observasi harian adalah strategi penting untuk mengembangkan kasus. Ini adalah pendahuluan pertama murid pada tulisan jurnal, elemen penting dari banyak kelas pendidikan Trinity. Atas pelajaran khusus ini, para murid perlu untuk diajukan, setiap minggu lain, dua – halaman refleksi dalam topik ditetapkan oleh profesor. Dalam tempat praktikum, para kandidat secara sistematis mengenalkan struktur skeolah sebagai keseluruhan, mengunjungi banyak kantor dan pelayanan yang tersedia di sekolah – dari perpustakan dan kantor penasihat untuk memikirkan aspek dari lingkungan ini sebagaimana kelas dan mengurus murid dan pelibatan orang dewasa. Ini memandu observasi, dalam hubungannya dengan bacaan tentang sekolah sebagai organisasi, digunakan untuk membangun studi kasus dari sekolah.
D. Analisis Pembelajaran dan Pengajaran
Selain daripada untuk menyusun studi kasus, program menyediakan keberlangsungan kesempatan bagi para kandidat untuk menganalisis dan memikirkan contoh dari pengajaran dan produk pembelajaran murid menggunakan benda-benda dan memperhitungkan praktek, seperti sampel kerja murid, videotape praktek kelas dan material kurikulum. Kadang – kadang ini adalah analisis kerja para guru ahli yang berpengalaman, mengamati seseorang atau pada videotape mendemonstrasikan strategi khusus atau pendekatan yang dapat diuji secara teliti dan dibahas lebih mendalam. Kadang – kadang analisis fokus pada kerja kandidat sendiri dan rekan mereka. Sebagai contoh, penugasan di UVA meminta para kandidat untuk mengadakan sesi mengajar rekan menggunakan model instruksional mereka telah pelajari. Mereka direkam dengan videotape dan kemudian partner melihat tape bersama untuk membahas strategi pengajaran digunakan untuk model instruksional tertentu dan efektifitas mereka, menghasilkan tulisan perhitungan observasi mereka dan kesimpulan. Dalam beberapa program lain, para calon membuat videotape pengajaran mereka sendiri di kelas sekolah dasar atau lanjutan sebagai alat untuk analisis teliti dari proses pengajaran dengan para supervisor atau kolega.
Analisis teliti dari kerja murid digunakan sebagai perangsang untuk berpikir tentang apa yang para murid telah pelajari dan apa yang mereka pahami atau tidak pahami, bagaimana hasil mengajar dan apa pendekatan mungkin dapat diperlukan selanjutnya.
Banyak dari analisis pengajaran dan pembelajaran ditempatkan bukan hanya pada studi kasus tetapi dalam tugas prestasi dan penyelidikan penelitian yang dapat para kandidat lakukan.
E. Pertunjukan prestasi
Studi kasus dan analisis mengajar dan pembelajaran lain mengasah persepsi kandidat dan wawasan: pertunjukan prestasi secara langsung mengarahkan pembuatan masalah. Tugas – tugas prestasi dan pertunjukan membuat para guru untuk mendemonstrasikan kemampuan tertentu, menggambarkan atau secara dekat menstimulasi konteks mengajar atau peristiwa. Prestasi seperti itu dapat menggambarkan pada alat – alat seperti observasi atau videotape pengajaran, rencana pengajaran dan benda – benda lainnya atau bahkan aktivitas kelompok yang menstimulasi apa yang para guru lakukan ketika menyelesaikan masalah praktek dengan kolega. Apa yang membedakan pertunjukan dari observasi tidak terpandu dari praktek yang secara formal ditunjukan dan mengevaluasi kemampuan tertentu dalam hubungannya dengan standar praktek.
Semua program secara liberal menetapkan pertunjukan prestasi kedalam pelajaran dan aktivitas. Disini kita menyoroti sebagai contoh penggunaan ekstensif dari tugas prestasi dan pertunjukan di Southern Maine dan Alverno dimana penggunaan standar dan penilaian untuk memandu pengembangan adalah tanda resmi dari program filosofi pendidikan.
Perguruan Tinggi Alverno: Sebuah Kurikulum Pertunjukan Prestasi
Definisi Alverno akan kemampuan termasuk “ integrasi kompleks dari pengetahuan, prilaku, keaholian, nilai, sikap dan persepsi diri “ (Diez, Rickard dan Lake, 1994, hlm, 9). Kemampuan pendidikan umum di Alverno adalah komunikasi, analisis, pemecahan masalah, menilai dalam pembuatan keputusan (kemampuan untuk memahami dimensi moral dari keputusan dan untuk menerima tanggung jawab atas konsekuensi tindakan yang diambil), interaksi sosial, pandangan global, warga negara efektif dan responsif aestetis. Para calon guru juga diharapkan untuk mengembangkan lima kemampuan tradisional yang menetapkan jenis para guru yang program berusaha untuk persiapkan:
1. Konseptualisasi – kemampuan untuk mengintegrasikan isi pengetahuan dan memahami pendidikan untuk merencanakan instruksi/pengajaran.
2. Diagnosis
3. Koordinasi – kemampuan untuk mengelola sumber secara efektif untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran
4. Verbal, nonverbal, media komunikasi
5. Mengintegrasikan interaksi – kemampuan untuk bertindak sebagai para pembuat keputusan profesional.
Hasil akhir sebagaimana diindikasikan oleh penelitian dari para guru-guru yang bekerjasama, supervisor perguruan tinggi, para kepala sekolah yang mempekerjakan, dan penilaian kandidat dari persiapan mereka, adalah lulusan yang sangat luar biasa reflektif-diri dan secara praktis dipersiapkan dengan baik untuk praktek yang rumit di kelas. Sebagaimana salah seorang kepala sekolah yang mencari lulusan Alverno mengamati: “ Mereka secara konstan memikirkan pengajaran mereka dan mereka sangat terbuka pada saran atau untuk merubah pelajaran. Mereka sangat mampu untuk menilai pelajaran yang aktual yang mereka ajarkan dalam cara yang baik. Mereka mempunyai keahlian untuk melakukan itu. Saya tidak mengatakan bahwa mahasiswa/wi lain tidak dapat melakukannya. Hanya bahwa mahasiswa/wi Alverno nampaknya datang dengan pengetahuan yang tepat. Mereka telah didorong untuk berpraktek dalam basis berkelanjutan jadi mereka telah memperbaikinya.
University of Southern Maine: Menghubungkan Pertunjukan bagi Para Guru dan Murid.
Dalam konteks PDS, kemungkinan untuk mendorong pembelajaran dengan melihat praktek yang mempengaruhi murid dan calon guru dipertinggi bahkan lebih. Di USM, dimana bukti dari intern ETEP adalah sangat berhubungan dengan penempatan sekolah mereka, tindakan universitas dan filosofi sekolah daerah tentang mengajar adalah elemen penting dalam pembelajaran guru. Sebagai contoh, dalam ETEP dan Gorham School District (tempat PDS), ada penekanan kuat menggunakan kriteria yang ditentukan dahulu. K-12 ini dan sistem penilaian pendidikan guru digabungkan dan secara mutual memperkuatnya.
F. Portfolio
Keuntungan exhibition (pertunjukan) dapat dikembangkan ketika bukti prestasi dibuat untuk mengijinkan pengujian yang lebih terintegrasi dan holistik atas kemampuan mereka. dengan portfolio, para guru memilih dan memikirkan benda- benda praktek mereka dikumpulkan sepanjang waktu dan dari beragam sumber sebagai bukti pemikiran mereka, pembelajaran dan prestasi. Portfolio dapat termasuk dokumen diberikan secara langsung dari pengajaran – salinan unit pelajaran atau unit rencana, silabus, informasi murid, tugas-tugas, tes, sampel kerja murid (dengan atau tanpa umpan balik guru mereka) sebagaimana foto, videotape dan audiotape dari aktivitas kelas bertingkat dari papan buletin dan menunjukan pelajaran yang direkam, konfrensi dengan para murid dan sebagainya (Darling – Hammond, Wise, dan Klein, 1999). Ada juga mungkin dokumen memerlukan kerja tambahan pada bagian guru, seperti catatan guru atau jurnal, rincian deskrispi atau analisis pelajaran, kerja murid dan pemikiran tentang hasil aktivitas mengajar. Dokumen portfolio bisa didapatkan dari evaluasi lain: catatan oleh pengamat mengajar, rekomendasi rekan atau administrator, atau evaluasi murid (Bird, 1990; Athanases, 1994; Haertel, 1991).
Karena kita melengkapi studi ini, portfolio Trinity telah menjadi lebih komprehensif, secara elektronik dan dievaluasi menurut enam standar yang merupakan tanda dari program: (1) memahami isi pengetahuan, (2) merencanakan pembelajaran murid (3) melibatkan semua murid dalam pembelajaran (4) menciptakan dan mengelola komunitas pembelajaran kelas, (5) mendemonstrasikan komunikasi profesional dan (6) mengembangkan sebagai seorang profesional pendidik. Selain itu pada elemen yang digambarkan sebelumnya, para calon memberikan pelajaran dan kerja murid dalam setiap bidang dimana mereka mengajar, menggambarkan mengapa isi pelajaran adalah penting bagi para murid untuk pelajari, menunjukan bagaimana aktivitas pembelajaran memenuhi tujuan ini dan bagaimana perbedaan diakomodasii dan menganalisis sampel kerja murid untuk mengilustrasikan bagaimana penilaian ini membantu para calon lebih baik memenuhi kebutuhan murid. Mereka juga menunjukan bagaimana mereka menciptakan komunitas kelas, bekerja dengan orangtua dan memasukan teknologi dalam pengajaran mereka.
Membawa tahapan yang lebih tinggi, portfolio USM mendokumentasikan praktek terhadap pelajaran program jangka panjang digunakan untuk menentukan apakah calon siap untuk melengkapi program dan menjadi diberikan ijasah untuk mengajar. Panel universitas dan sekolah berbasis fakultas membuat penilaian akhir tentang sertifikasi setelah tinjauan portfolio (lebih banyak seperti mempertahankan disertasi), dimana para calon menyajikan dan mempertahankan kerjanya. Proses penyusunan portfolio didesain untuk memperkirakan keberlangsungan refleksi diri dan internalisasi sekumpulan standar untuk mengajar. Standar untuk apa yang para guru baru harus ketahui dan mampu untuk lakukan dikembangkan oleh fakultas menggambarkan model standar perijinan ditawarkan oleh INTASC (1992). Standar tersebut memperlakukan pengetahuan, keahlian dan pengaturan guru diharapkan untuk diperoleh dalam sejumlah bidang:
• Pengetahuan anak dan perkembangan remaja dan prinsip-prinsip pembelajaran
• Pengetahuan subjek pelajaran dan bagaimana untuk membuatnya dapat diakses ke para murid dengan membantu perkembangan penyelidikan independen.
• Perencanaan instruksional berdasarkan pengetahuan para pelajar, subjek pelajaran, komunitas, hasil murid yang dimaksudkan dan kurikulum.
• Menggunakan strategi pengajaran dan teknologi untuk mendorong pembelajaran dan penyelidikan independen.
• Penilaian untuk mengkomunikasikan umpan balik dan mendorong evaluasi diri
• Menghormati diversitas/keragaman dan kemampuan untuk menciptakan kesempatan instruksional (pengajaran) untuk beragam pelajar.
• Kepercayaan yang diartikulasikan dengan baik tentang pengajaran, pembelajaran dan pendidikan dihubungkan untuk mendemonstrasikan praktek dalam dukungan kepercayaan tersebut.
• Kemampuan untuk merencanakan pengajaran yang mendukung nilai dan praktek warga negara.
• Kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran murid dan orang dewasa.
• Komitmen pada pemikiran dan keberlangsungan pengembangan profesional.
• Manajemen kelas yang mendukung tanggungjawab individual dan komunitas demokratis.
Komentar dari para murid tentang nilai proses portfolio muncul dari semua program yang mereka gunakan. Keuntungan untuk pembelajaran guru dengan portfolio yang tersusun baik nampak memunculkan sebagian dari:
• Meningkatkan keputusan pengajaran pada kesadaran dan maka membuat mereka bisa untuk pertimbangan lebih mendalam untuk banyak pandangan. Proses melihat dan berpikir tentang keputusan merubah kesadaran tentang pengajaran dan juga membuat perubahan praktek. Para calon guru baru yang melakukan bentuk penilaian harus menjawab pertanyaan,” Apa yang saya maksudkan ketika saya belajar untuk mengajar?”
• Mengambil pandangan lama pembelajaran dan pengembangan prestasi. Karena prestasi yang bagus harus dikembangkan selama periode panjang dengan keberlangsungan praktek dan pemikiran, catatan kumulatif membantu untuk menempatkan dan mengevaluasi proses.
• Mendukung proses pembelajaran dengan menyediakan standar untuk kerja yang baik, alat – alat untuk penilaian diri dan rekan dan kesempatan untuk revisi dan perbaikan.
• Menghubungkan pemikiran dan prestasi yang membantu untuk menjembatani praktek teori tradisional dibagi dengan menanyakan bukti prestasi bersama denagn pembahasan mengapa keputusan dan tindakan dilakukan.
• Melengkapi beragam kamera dan beragam sumber bukti, maka mengembangkan banyak segi prestasi dan mengijinkan banyak pola kedalam pembelajaran
• Membuat pengajaran dan pembelajaran lebih publik, karena itu memfasilitasi pengembangan norma terbagi dan standar, sebagaimana mengembangkan membagi pengetahuan dan pengalaman.
G. Tindakan Penelitian
Cara lain untuk mendorong pemahaman lebih dalam pengajaran adalah untuk menanamkan sistematis penelitian tentang pembelajaran, pengajaran dan konteks sekolah kedalam program studi. Dalam tindakan penelitian atau masalah – berdasarkan penyelidikan, para guru mendesain dan mengadakan investigasi kedalam pertimbangan dimunculkan dari kerja mereka dengan anak – anak dan keluarga. Penyelidikan ini dapat melibatkan pertanyaan sama dengan para guru membahas kasus, tetapi metode mengembangkan diluar pemikiran personal tentang pengalaman individual dan observasi ke investigasi yang lebih luas dan lebih tersusun melibatkan koleksi data pertama sebagaimana penelitian sebelumnya tentang sebuah masalah. Advokat Penelitian guru Marilyn Cochran-Smith menyatakan bahwa “ kemampuan untuk memiliki pertanyaan, untuk berjuang dengan ketidakpastian dan membangun bukti atas pemikiran…..adalah sumber yang sangat diperlukan dalam pendidikan guru” (1991, paragraf 280-281). Mengikuti pertanyaan terbaru dan praktek membantu para guru memahami baik kompleksitas mengajar dan efek beragam solusi atau resolusi masalah – masalah endemik.
Observasi kita lintas program – program ini adalah konsisten dengan pernyataan Schulman (1996) bahwa guru penelitian dapat membantu merubah pengajaran dari tindakan pribadi dan tersembunyi kedalam properti komunitas. Membagi dan mengkritik praktek, bersama dengan penelitian berhubungan dengan praktek, adalah dasar dari profesi. Penyusunan pengetahuan seperti itu adalah tidak semata domain dari ahli luar; para guru baru muncul dengan pandangan mereka sendiri dan pertimbangan. Ketika guru baru memperlakukan pengajaran sebagai properti komunitas, masalah, perkiraan, analisis dan interpretasi diuji oleh kolega. Penyelidikan ini, sebagaimana kita lihat, dapat dipertahankan untuk studi masa depan dan dapat digambarkan dan dibangun oleh yang lainnya.
Setelah para calon guru terlibat dalam penyelidikan kelas dari awal karir mereka membantu mempersiapkan mereka sendiri sebagai konsumen penelitian dan produser pengetahuan. Sebagai alat untuk penilaian, penelitian tersebut dan penyelidikan bisa menghasilkan wawasan kedalam kemampuan analitis guru dan kapasitasnya untuk menyusun masalah dalam cara yang membuatnya menjadi meneliti dengan bijak. Studi tersebut dapat mengungkap pengaturan dan keahlian guru untuk merespon pada masalah praktek dengan strategi yang dapat menuntun pada perbaikan, disamping menanggulangi mekanisme personal. Sebagai alat pembelajaran, tindakan penelutian memberikan mereka alat untuk membuat praktek mereka masuk akal dan membantu mereka berpikir secara analitis tentang masalah mereka hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar